1. Jati
Batang
Pohon Jati dapat
mencapai ukuran yang sangat besar ; dengan tinggi sampai 45 meter dan diameter
200 cm. Batang biasanya silinder tapi menjadi bergalur dan sedikit ditopang
(pada bongkot berbentuk seperti belimbing khususnya pohon yang besar) pada
dasar ketika dewasa. Warna kulit coklat atau abu-abu, keputihan dan ada juga
yang kehitaman dengan alur memanjang dan sedikit mengelupas. Pohon tua sering
beralur dan berbanir. Kulit batang tebal.
Daun
Daun panjang
13-75 cm, lebar 10-40 cm dengan letak daun bersilangan, bentuk elips atau bulat
telur. Bentuk tajuk rimbun. Pada daerah yang lebih dingin dan curah hujan
tinggi, biasanya daun lebih lebar karena untuk mempercapt proses penguapan.
bentuk daun oval dengan ujung tumpul atau agak runcing.
Bunga biseksual,
berwarna putih atau berwarna krem ; Masa berbunga dan berbuahnya adalah
Juni-Agustus setiap tahunnya. Ukuran bunga kecil, diameter 6-8 mm,
keputih-putihan dan berkelamin ganda terdiri dari benangsari dan putik yang
terangkai dalam tandan besar. Buahnya keras, terbungkus kulit berdaging, lunak
tidak merata (tipe buah batu) . Ukuran buah bervariasi 5-20 mm, umumnya 11-17
mm. struktur buah terdiri dari kulit luar tipis yang terbentuk dari kelopak,
lapisan tengah (mesokarp) tebal seperti gabus, bagian dalamnya (endokarp) keras
dan terbagi menjadi 4 ruang biji. Jumlah buah per kg bervariasi sekitar 1.100-
3.500 butir, rata-rata 2.000 buah per kg. Benihnya berbentuk oval, ukuran
kira-kira 5x4 mm. jarang dijumpai dalam keempat ruang berisi benih seluruhnya,
umumnya hanya berisi 1-2 benih. Seringkali hanya 1 benih.yang tumbuh jadi
anakan.
Akar
Jati memilki 2
jenis akar yaitu tunggang dan serabut. Akar tunggang merupakan akar yang tumbuh
ke bawah dan berukuran besar. Fungsi utamanya menegakan pohon agar tidak mudah
roboh, sedangkan akar serabut merupakan akar yang tumbuh kesamping untuk
mencari air dan unsur hara. Untuk membedakan bibit jati yang berasal dari stek
pucuk dan pembiakan generatif (biji) bisa dibedakan terutama dari bentuk akar
(kalau mau beli bongkar dulu akarnya). Bibit jati Solomon stek pucuk mempunyai
akar menyamping (kiri kanan, depan belakang seperti cakar), sedangkan bibit
selain stek pucuk akarnya menghujam ke bawah. Daun jati Solomon stek pucuk
lebih halus permukaannya, sedangkan bibit biasa cenderung lebih kasar. Pada
batang paling bawah terlihat seperti bekas potongan yang mengeluarkan akar,
pada ruas pertama terlihat lebih besar dan lebih kokoh serta cenderung lebih
gelap dari ruas selanjutnya, karena pada saat pertumbuhan pucuk (proses
pemotongan sampai keluar akar 3-4 minggu) terjadi penguatan batang untuk
pertumbuhan akar, dan pada saat tersebut pertumbuhan pucuk terhenti.
2. Rotan
Akar
Akar tanaman rotan, sebagaimana akar tanaman lainnya, adalah
suatu bagian yang sangat penting karena akar mempunyai beberapa fungsi, yaitu
untuk memperkuat berdirinya tanaman secara keseluruhan, menyerap air dan
zat-zat makanan yang ada di dalam tanah, serta sebagai stasiun awal untuk
pendistribusian air dan zat makanan lainnya yang sudah terserap tadi untuk
diantarkan ke seluruh bagian tubuh.
Seperti halnya
tanaman suku palmae yang lain…, akar tanaman rotan memiliki beberapa sifat,
seperti:
- Akar tanaman rotan mempunyai sistem perakaran akar serabut.
- Akar tanaman rotan terletak di dalam tanah, dengan persentase pembagiannya 40% bersifat geotrop atau tumbuh masuk ke bumi, dan 60% bersifat hidotrop atau bertumbuh secara horizontal dan cenderung mengarah untuk mencari air hingga ke permukaan tanah.
- Warna akar rotan cenderung berwarna keputih-putihan, kekuning-kuningan, dan kehitam-hitaman.
- Akar rotan relatif tumbuh tidak lebih cepat daripada batangnya, namun terus tumbuh pada ujungnya.
Batang
Jika berbicara tentang rotan, tentu tidak lepas dari pembahasan
mengenai batanngya. Hal ini karena batang rotan mempunyai nilai ekonomi yang
paling tinggi di antara bagian lainnya. Dan…, yang sering kita lihat di
industry furniture rotan alam dan kerajinan rotan natural adalah batangnya,
atau pengolahan lanjutan dari batang rotan itu. Dan…, batang rotan mempunyai
beberapa fungsi untuk tumbuhan rotan itu sendiri, antara lain untuk mendukung
pertumbuhan bagian tanaman rotan lainnya yang ada di atas tanah, seperti
pelepah, daun dan bunga, serta buah rotan. Batang rotan juga menjadi saran
transportasi untuk pendistribusian air dan zat-zat makanan lainnya dari bawah
ke atas, dan pengangkutan hasil dari proses asimilasi dari atas ke bawah.
Selain itu…, batang rotan juga merupakan tempat penyimpana zat makanan cadangan
untuk tanaman rotan itu sendiri.
Dan agar kita tidak keliru dalam membedakan tanaman rotan dan
tanaman lainnya, maka berikut ini adalah beberapa ciri-ciri umum yang ada di
batang rotan:
- Bentuk batang rotan umumnya memanjang dan bulat seperti silinder atau segitiga, tetapi selalu bersifat aktinomorf. Batang rotan bersifat aktinomorf maksudnya adalah bahwa batang rotan akan menjadi bagian yang setangkup bila dibagi menjadi dua.
- Batang tanaman rotan dibagi menadi ruas-ruas yang setipa ruasnya dibatasi oleh buku-buku. Di buku-buku tersebut itulah tempat melekatnya pelepah dan tangkai daun tanaman rotan.
- Batang tanaman rotan selalu bersifat fototrop atau heliotrop, yaitu selalu mengarah ke atas menuju sinar matahari.
- Batang tanaman rotan selalu bertambah panjang pada ujungnya.
Namun…, walaupun demikian seperti yang telah dijelaskan di atas
mengenai sifat dan ciri-ciri batang rotan, ternyata batang rotan tetap memiliki
ciri-ciri dan sifat-sifat yang berbeda. Hal ini karena ada banyak jenis dan
varietas rotan. Contohnya adalah ukuran ruas pada sebatang rotan yang bisa
berbeda-beda. Jika kita amati dengan cermat…, kita akan menemukan bahwa ukuran
ruas pada batang rotan dari pangkal batang hingga sepanjang 1.5 meter itu tidak
sama. Sedangkan ukuran ruas dari jarak setelah itu hampir seragam.
Pelepah
dan Daun
Sebagaimana
daun tanaman lainnya, daun tanaman rotan juga mempunyai fungsi yang hampir
sama. Di antaranya adalah berfungsi sebagai tempat pengambilan zat makanan atau
resobsi, khususya resobsi zat yang bersifat gas, seperti CO2, tempat asimilasi
atau tempat pengolahan zat makanan, tempat transpirasi atau tempat penguapan
air, dan tempat respirasi atau tempat pernafasan.
Tanaman rotan berdaun majemuk dan juga mempunyai pelepah daun
yang duduk pada buku serta menutupi permukaan ruas batang. Anak daunnya tumbuh
di atas pelepah dan letak daunnya sejajar atau meyirip genap, atau menyirip
ganjil, atau berselang-seling di sepanjang pelepah daun. Daun rotan ditumbuhi
duri dengan berbagai bentuk dan warna.
Ukuran dan jumlah daunnya pun bervariasi tergantung pada jenis
dan varietas tanaman rotan itu sendiri. Duri yang melekat pada daun umumnya
tumbuh menghadap ke dalam. Hal ini berguna untuk menjadi penguat ketika proses
pengaitkan batang pada tumbuhan inang.
Ukuran panjang, lebar,dan bentuk dau rotan berbeda-beda. Hal ini
cukup menyulitkan untuk melakukan pengamatan dan identifikasi jenis tanaman
rotan dengan cara melihat daunnya. Oleh karenanya…, cara paling mudah untuk
mengidentifikasi jenis tanaman rotan adalah dengan membandingkannya dengan
tanaman rotan lainnya secara langsung.
Bunga
Rotan termasuk
tumbuhan berbunga majemuk. Secara genetik, hal ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu jenis rotan yang berbunga pada lateral batang yang keluarnya bunga lebih
dari satu kali. Dan yang kedua adalah jenis rotan yang berbunga pada ujung dan
kemunculannya hanya satu kali dalam hidupnya, yang mana tanaman akan mati
setelah proses generatif yang terakhir.
Bunga rotan
terbungkus oleh seludang, atau dinamakan juga sebagai spatha. Bunga
jantan akan siap dibuahi ketika seludang itu terbuka. Sedangkan bunga betina
akan baru siap dan mulai masak setelah seludangnya pecah pada hari ketiga belas
sampai hari ke dua puluh tujuh.
Bunga jantan dan
Bungan betina rotan biasanya berumah satu atau disebut juga sebagai mono-ceous.
Namun ada juga yang berumah dua atau diceous. Hal ini menyebabkan kita
bisa menjumpai adanya rotan jantan dan rotan betina. Proses penyerbukan bunga
pada tanaman rotan juga hampir sama seperti pada tanaman lainnya, yaitu dengan
adanya bantuan dari angina atau serangga penyerbuk. Pada bunga betina rotan ada
3 putik/stilus, sedangkan pada bunga jantan ada 6 benang sari / stamen. Sifat
dan ciri stamen pada rotan jantan ini adalah berdiri bebas atau saling
berhubungan yang pangkalnya melingkar seperti cacing. Bunga betina hampir mirip
dengan bunga jantan rotan yang steril. Perbedaannya hanya terletak pada
bentuk benang sarinya yang kosong. Ukuran bunga pada tanaman rotan
relative kecil. Hanya beberapa jenis saja yang mampu memiliki ukuran hingga 1
cm atau lebih. Contohnya adalah jenis rotan Calamus spectabilus yang
dapat memiliki ukuran Bungan hingga 1.7 cm.
Warna bunga pada
rotan bervariasi, mulai dari kecoklat-coklatan, kehijau-hijauan, atau krem.
Bunga rotan jika sedang dalam kondisi primordia atau sedang dalam
dibuahi, kelenjar madunya berbau susu sehingga menarik serangga untuk datang
membantu proses penyerbukan. Namun, bunga tersebut akan jatuh jika tidak
terjadi penyerbukan dalam kurun waktu 1 -2 hari.
Waktu periode
berbunga dan matangnya buah tidak sama dan tergantung pada tempat tumbuh dan
kondisi iklim setempat. Hal ini terjadi baik pada rotan sejenis ataupun yang tidak
sejenis. Sebagai gambarang tambahan…, waktu periode berbunga hingga
matangnya buah adalah berkisar antara 7 – 13 bulan sejak seludang pecah.
Berdasarkan pengalaman, buah rotan akan masak berkisar pada bulan Agustus
sampai dengan bulan Maret.
Buah
Buah rotan terdiri
atas kulit luar berupa sisik atau biasa disebut juga dengan pericarp.
Bentuk sisiknya trapessium dan tersusun secarr vertical dari toksis buah.
Ukuran sisiknya bervariasi tergantung pada ukurangan buahnya masing-masing.
Semakin besar ukuran buah, semakin besar juga sisik buah rotan itu.
Pada permukaan
buah rotan itu halus (laevis), atau ada juga yang kasar berbulu (glaberous).
Sedangkan bentuk buah rotan pada umumnya bulat, lonjong, atau bulat telur
(oval). Warna kulit dari buah yang sudah matang bermacam-macam. Ada yang kemerah-merahan,
coklat, coklat merah, hijau-krem, dan kuning keemas-emasan. Ada selaput tipis berwarna putih yang
membungkus daging buah rotan. Selaput ini terletak di bagian bawah kulit buah.
Adapun biji rotan sendiri terdapat di tengah-tengah buah rotan itu, seperti
biji buah lainnya yang terbungkus oleh daging buahnya.
Permukaan pada
biji buah rotan umumnya rata dan halus. Ada
juga yang berbentuk kasar dan berlekuk dangkal. Di dalam setiap bijinya ada
sekitar 1 – 3 embrio yang tertutup oleh lapisan selaput keras sebagai pelindung
embrio.
Untuk jenis rotan
dari famili Daemonorops, terdapat banyak cairan atau getah di bawah
kulit buahnya. Cairan atau getah ini sudah sejak lama telah digunakan sebagai
bahan dalam industry pewarna dan farmasi. Secara umum…, buah rotan siap dipanen
ketika sudah berumur 12 – 15 bulan sejak berbunga. Namun…, musim berbuah ini
berbeda-beda pada rotan, tergantung pada jenis rotannya dan juga kondisi
lingkungan hidupnya.
3.
Mahoni
Batang
Pohon selalu hijau dengan
tinggi antara 30 - 35 cm Kulit berwarna abu-abu dan halus ketika muda, berubah
menjadi coklat tua, menggelembung dan mengelupas setelah tua. Daun bertandan
dan menyirip yang panjangnya berkisar 35 - 50 cm, tersusun bergantian, halus
berpasangan, 4 - 6 pasang tiap-daun, panjangnya berkisar 9 - 18 cm. Bunga kecil
berwarna putih,panjang 10 - 20 cm, malai bercabang.
Buah
kering merekah, umumnya
berbentuk kapsul bercuping 5, keras, panjang 12-15 (-22) cm, abu-abu coklat,
halus atau . Bagian luar buah mengeras, ketebalan 5-7 mm bagian dalam lebih
tipis. Dibagian tengah mengeras seperti kayu, berbentuk kolom dengan 5 sudut
yang memanjang menuju ujung. Buah akan pecah mulai dari ujung atau pangkal pada
saat masak dan kering. Biji menempel pada kolumela melalui sayapnya,
meninggalkan bekas yang nyata setelah benih terlepas.Umumnya setiap buah
terdapat 35 -45 biji.
Bunga
Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota
bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih,
kuning kecoklatan.[3]
Buahnya buah kotak, bulat telur,
berlekuk lima,
warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam
atau cokelat
4. Bambu
Akar
Akar bambu terdiri atas rimpang (rhizon)
yang berbuku dan beruas. Pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang
dapat tumbuh menjadi batang. Akar rimpangnya yang terdapat dibawah tanah
membentuk sistem percabangan, dimana dari ciri percabangan tersebut nantinya akan
dapat membedakan asal dari kelompok bambu tersebut. Bagian pangkal akar
rimpangnya lebih sempit dari pada bagian ujungnya dan setiap ruas mempunyai
kuncup dan akar. Kuncup pada akar rimpang ini akan berkembang menjadi rebung
yang kemudian memanjat dan akhirnya menghasilkan buluh.
Tunas atau batang-batang bambu muda yang
baru muncul dari permukaan dasar rumpun dan rhizome disebut rebung. Rebung
tumbuh dari kuncup akar rimpang didalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua.
Rebung dapat dibedakan untuk membedakan jenis dari bambu karena menunjukkan
ciri khas warna pada ujungnya dan bulu-bulu yang terdapat pada pelepahnya. Bulu
pelepah rebung umumnya hitam, tetapi ada pula yang coklat atau putih misalnya
bambu cangkreh (Dinochloa scandens), sementara itu pada bambu betung (Dendrocalamus
asper) rebungnya tertutup oleh bulu coklat.
Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi
daun yang menempel pada setiap ruas, yang terdiri atas daun pelepah buluh,
kuping pelepah buluh dan ligulanya terdapat antara sambungan antara pelepah
daun daun pelepah buluh. Pelepah buluh sangat penting fungsinya yaitu buluh
ketika masih muda. Ketika buluh tumbuh dewasa dan tinggi, pada beberapa jenis
bambu pelepahnya luruh, tetapi pada jenis lain ada pula yang pelepahnya tetap
menempel pada buluh tersebut, seperti pada jenis bambu talang.
Akar tanaman bambu dapar berfungsi sebagai
penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran. Akar bambu juga dapat berperan
dalam menanganai limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini
menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya.
Batang
Batang bambu berbentuk
silindris, berbuku-buku, beruas-ruas, berongga (ada pula yang masif),
berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang. Warna
batangnya biasanya hijau dan jika sudah tua akan menguning atau cokelat.
Tumbuhnya ke atas dan tegak lurus (erectus). Batang-batang bambu muncul dari
akar-akar rimpang yang menjalar dibawah lantai. Batang-batang yang sudah tua
keras dan umumnya berongga, berbetuk silinder memanjang dan terbagi dalam
ruas-ruas. Tinggi tanaman bambu sekitar 0,3 m sampai 30 m.
Diameter batangnya 0,25-25 cm dan ketebalan dindingnya sampai
25 mm.
Pada
bagian tanaman terdapat organ-organ daun yang menyelimuti batang yang disebut
dengan pelepah batang. Biasanya pada batang yang sudah tua pelepah batangnya
mudah gugur. Pada ujung pelepah batang terdapat perpanjangan tambahan yang
berbetuk segi tiga dan disebut subang yang biasanya gugur lebih dulu.
Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan
untuk berbagai macam keperluan, namun demikian tidak semua jenis bambu dapat
dimanfaatkan. Secara geris besar pemanfaatan batang bamboo yaitu:
a. Bambu
yang masih dalam keadaan bulat, umumnya digunakan untuk tiang pada bangunan rumah sederhana.
b. Bambu
yang sudah dibelah, umumnya digunakan untuk dinding rumah, rangka atap (yang
terbuat dari ijuk atau rumbia), simpit, kerajinan tangan dan lain sebagainya.
c. Gabungan
bambu bulat dan sudah dibelah serta serat bambu, umumnya digunakan untuk aneka
kerajinan tangan, misalnya keranjang, kursi, meja, dan lain-lain.
Daun
Bagian selanjutnya adalah daunnya,
daun bambu (folium Bambusa sp) merupakan bagian yang memiliki
heteromorfisme pada fase kehidupannya. Berikut adalah pembahasan mengenai
heteromorfisme Bambusa sp.
Helai daun bambu mempunyai tipe pertulangan
yang sejajar seperti rumput, dan setiap daun mempunyai tulang daun utama yang
menonjol. Daunnya biasanya lebar, tetapi ada juga yang kecil dan sempit seperti
pada bambu cendani (Bambusa multiplex) dan bambu siam (Thyrsostachys
siamensis). Helai daun dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun yang
mungkin panjang atau pendek. Pelepah dilengkapi dengan kuping pelepah daun dan
juga ligula. Kuping pelepah daun umumnya besar tetapi ada juga yang kecil atau
tidak tampak. Pada beberapa jenis bambu, kuping pelepah daunnya mempunyai bulu
kejur panjang, tetapi ada juga yang gundul.
5. Pinus
Akar
Si Sistem akar pada Pinus merkusii adalah bersistem akar tunggang (Radix Primaria), kuat, bercabang dan Biasanya berwarna coklat. Akar tunggang
memiliki ciri khas yaitu pada akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang
bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil, sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar
kepada batang, dan juga daerah perakaran menjadi luas hingga dapat menyerap air
dan zat-zat makanan yang lebih banyak.
Batang
Batang kayu pinus memiliki ciri
warna teras yang sukar dibedakan dengan gubalnya, kecuali pada pohon berumur
tua, terasnya berwarna kuning kemerahan, sedangkan gubalnya berwarna putih
krem. Pinus merupakan pohon yang tidak berpori namun mempunyai saluran damar
aksial yang menyerupai pori
dan tidak mempunyai dinding sel yang jelas.
Permukaan radial dan tangensial
pinus mempunyai corak yang disebabkan karena perbedaan struktur kayu awal dan
kayu akhirnya, sehingga terkesan ada pola dekoratif. Riap tumbuh pada pinus
agak jelas terutama pada pohon-pohon yang berumur tua, pada penampang lintang
kelihatan seperti lingkaran-lingkaran memusat. Sebagian besar batang pinus (±
90-95%) terdiri atas sel trakeida yang berbentuk panjang dan langsing dengan
ujung-ujung yang tertutup serta mempunyai dinding sel yang tebal. Sel trakeida
mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai saluran cairan pohon yang dihisap oleh
akar menuju daun, dan sebagai pemberi kekuatan mekanis agar batang pinus bisa
tegak dan dapat menahan tajuknya.
Sementara sisanya (sebanyak ± 5
– 10%) terdiri atas sel berdinding tipis yaitu sel parenkim aksial dan sel
parenkim jari-jari. Kedua macam sel ini berfungsi sebagai gudang bahan makanan
cadangan (pati) dan sekaligus mendistribusikannya kepada jaringan yang
membutuhkannya. Bagi kayu yang mempunyai saluran damar seperti pada kayu pinus,
maka sebagian dari sel-sel parenkim ini baik sel parenkim aksial maupun sel
parenkim jari-jari yang mengelilingi (membatasi) saluran damar tersebut dapat
berdifferensiasi dan menjadi sel epithel. Sel epithel berfungsi untuk
menghasilkan getah (resin) yang bersifat antiseptik bila terjadi pelukaan atau
serangan hama
atau penyakit pada pohon pinus tersebut.
Pohon Pinus merkusii mempunyai batang yang dibagian bawahnya
lebih besar dan ke ujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat dipandang
sebagai suatu kerucut atau limas yang memanjang.
Di lihat dari
berbagai segi, batang pada Pinus merkusii berstruktur sebagai berikut:
- Bentuk Penampang Melintangnya
Di lihat penampang
melintangnya, batang pada Pinus merkusii berbentuk
bulat (Teres). Tegakan masak dapat mencapai tinggi 30 m dengan
diameter 60 – 80 cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m dengan diameter 140 cm.
Tajuk pohon muda berbentuk pyramid, setelah tua menjadi lebih rata dan
tersebar.
- Permukaan Batang
Permukaan pada
batang Pinus merkusii adalah memperlihatkan retak-retak, biasanya berwarna coklat. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna
gelap, alur dalam. kulit
berwarna coklat tua , kasar beralur dalam dan menyerpih dalam kepingan panjang.
Kayu bertekstur halus, bila diraba licin dan mengandung damar (resin),
permukaan mengkilap warna kuning muda, serat halus (Dirjen Kehutanan 1976).
Struktur kayu pinus tidak berpori dengan parenkim melingkari
saluran damar, memiliki berat jenis (BJ) rata-rata 0,55 (terendah 0,40 dan
tertinggi 0,75) dengan kelas kuat II sampai III dan kelas awet IV. Kulit pohon
berwarna abu-abu muda, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam. Terdapat 2 jarum
dalam satu ikatan dengan panjang 16-25 cm.
- Arah Tumbuh Batang
Arah tumbuh batang
ini adalah arah yang lazim pada tumbuhan lainnya yaitu tumbuh tegak lurus ke
atas (erectus).
- Percabangan Batang
Batang Pinus merkusii,
percabanan batangnya monopodial
seperti pada gambar di bawah ini:
Cara percabangan
seperti atas adalah, bisa di lihat bahwa batang pokok tampak lebih jelas (lebih
cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya.
Daun
Daun Pinus merkusii mempunyai daun dengan sebagai
berikut:
- Warna daun
Warna daun Pinus merkusii bervariasi, ketika masih muda maka
berwarna hijau muda, namun ketika sudah tua akan berwarna hijau tua.
- Circumscriptio
Daun Pinus merkusii berbentuk bangun acerocus (jarum), yaitu berupa bangun paku, lebih kecil dan
meruncing panjang. Daunnya tidak ada bagian yang terlebar atau dari pangkal
sampai ujung hampir sama lebar.
Bunga
Pohon pinus termasuk dalam tipe
pohon berumah satu dengan bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina
dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobili dengan panjang 2-4 cm
terletak terutama di bagian bawah tajuk, sedangakan strobili betina banyak
terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan. Strobili
jantan dan betina dapat ditemukan sepanjang tahun. Puncak pembungaan di
Indonesia Maret dan berakhir Juni. Penyerbukan oleh angin. Perkembangan menjadi
buah selama 11-15 bulan. Di Indonesia puncak pembuahan bulan Mei-Juli,
bervariasi menurut pohon maupun antar tegakan. Pohon mulai menghasilkan benih
setelah umur 10-15 tahun. Benih disebarkan angin.
Pinus merkusii merupakan tumbuhan berumah satu ( monoecus
unisexsualis), bunga berkelamin tungal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga Pinus merkusii terbagi menjadi strobilus jantan dan
betina. Strobilus jantan berbentuk silindris dengan panjang 2-4 cm, terutama di bagian
bawah tajuk. Sedangkan
strobilus betina berbentuk kerucut, ujungnya runcing, bersisik dan biasanya
erwarna coklat, pada tiap bakal biji terdapat sayap. Bunga muda berwarna kuning
sedangkan bunga tua berwarna coklat. Strobili betina banyak
terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan.
Buah
Pinus merkusii memiliki buah
berbentuk kerucut, silindris dengan panjang 5-10 cm dan lebar 2-4 cm. Lebar
setelah terbuka lebih dari 10 cm berbentuk kerucut, silindris, panjang 5 – 10 cm, lebar
2 – 4 cm. Lebar setelah terbuka lebih dari 10 cm.
Biji
Bijinya berbentuk
pipih dan
bulat telur dilengkapi dengan sayap, dihasilkan pada setiapdasar bunga atau
sisik buah, setiap sisik menghasilkan dua biji, biji biasanya berwarna putih
kekuninga
Benih : bersayap, dihasilkan dari dasar setiap
sisik buah. Setiap sisik menghasilkan 2 benih. Panjang sayap 22 – 30 mm, lebar
5 – 8 mm. Sayap melekat pada benih dengan penjepit yang berhubungan
dengan jaringan higroskopis di dasar sayap, sehingga benih tetap melekat saat
disebar angin selama sayap kering, tetapi segera lepas bila kelembaban benih
meningkat. Umumnya terdapat 35-40benih per kerucut dan 50.000-60.000 benih per
kg. Penyerbukan
dan penyebaran biji dengan bantuan angin. Serbuk sari dengan
dua gelembung udara.