Nanda Edwardo
Kamis, 06 September 2018
Senin, 09 Maret 2015
JENIS-JENIS PERENCANAAN
A.
Jenis perencanaan menurut prosesnya :
1. Policy Planning, suatu rencana
yang memuat kebijakan-kebijakan saja
3. Operational
Planning (perencanaan kerja), yakni suatu perencanaan
yang memuat hal- hal yang bersifat teknis
B.
Jenis perencanaan menurut jangka waktunya :
1. Long Range
Planning, yaitu perencanaan jangka panjang yang dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu lebih dari 3 tahun
2. Intermediate
Planning, yaitu perencanaan jangka menengah yang
waktu pelaksanaanya membutuhkan waktu antara 1 hingga 3 tahun
3. Short
Range Planning, yaitu perencanaan jangka pendek yang pelaksanaannya membutuhkan waktu kurang dari 1 tahun
C.
Jenis perencanaan menurut wilayah pelaksanaannya :
1. National
Planning, yakni rencana yang diperuntukkan bagi seluruh wilayah Negara
2. Regional Planning, yakni rencana
untuk suatu daerah
3. Local Planning, yakni rencana
untuk suatu daerah yang sangat terbatas.
D.
Jenis perencanaan
menurut penggunaannya :
1. Single Use Planning, yaitu suatu
perencanaan hanya untuk sekali pakai
saja
2. Repeats Planning,
yaitu perencanaan yang dipakai secara berulang-ulang,
walaupun sudah dilaksanakan berkali-kali
E.
Jenis perencanaan dilihat dari segi luasnya usaha kegiatan :
1. General Planning,
suatu rencana yang dibuat secara garis besar dan menyeluruh untuk kegiatan kerja sama yang lebih luas
2. Special Planning, suatu rencana
mengenai kegiatan khusus
Minggu, 08 Maret 2015
EFEK RUMAH KACA
Penggambaran tentang pertukaran
energi antara matahari (sumber), permukaan bumi, atmosfer bumi dan angkasa
(tempat pelepasan). Kemampuan atmosfer untuk menangkap dan melepaskan energi
merupakan karakteristik yang menentukan efek rumah kaca.
Efek rumah kaca, yang pertama kali
diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan
suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh
komposisi dan keadaan atmosfernya.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk
dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan
efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan
global). Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan
oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya
konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di
atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke Bumi:- 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
- 25% diserap awan
- 45% diserap permukaan bumi
- 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam
bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar
inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan
gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek
rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara
siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang
dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta
beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC).
Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan
adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan
terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya
untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan
mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya
permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air
laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang
mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah
meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan
gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan
global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya
konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang
panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan
mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Kamis, 04 Desember 2014
Morfologi Tumbuhan Hutan
1. Jati
Batang
Pohon Jati dapat
mencapai ukuran yang sangat besar ; dengan tinggi sampai 45 meter dan diameter
200 cm. Batang biasanya silinder tapi menjadi bergalur dan sedikit ditopang
(pada bongkot berbentuk seperti belimbing khususnya pohon yang besar) pada
dasar ketika dewasa. Warna kulit coklat atau abu-abu, keputihan dan ada juga
yang kehitaman dengan alur memanjang dan sedikit mengelupas. Pohon tua sering
beralur dan berbanir. Kulit batang tebal.
Daun
Daun panjang
13-75 cm, lebar 10-40 cm dengan letak daun bersilangan, bentuk elips atau bulat
telur. Bentuk tajuk rimbun. Pada daerah yang lebih dingin dan curah hujan
tinggi, biasanya daun lebih lebar karena untuk mempercapt proses penguapan.
bentuk daun oval dengan ujung tumpul atau agak runcing.
Bunga biseksual,
berwarna putih atau berwarna krem ; Masa berbunga dan berbuahnya adalah
Juni-Agustus setiap tahunnya. Ukuran bunga kecil, diameter 6-8 mm,
keputih-putihan dan berkelamin ganda terdiri dari benangsari dan putik yang
terangkai dalam tandan besar. Buahnya keras, terbungkus kulit berdaging, lunak
tidak merata (tipe buah batu) . Ukuran buah bervariasi 5-20 mm, umumnya 11-17
mm. struktur buah terdiri dari kulit luar tipis yang terbentuk dari kelopak,
lapisan tengah (mesokarp) tebal seperti gabus, bagian dalamnya (endokarp) keras
dan terbagi menjadi 4 ruang biji. Jumlah buah per kg bervariasi sekitar 1.100-
3.500 butir, rata-rata 2.000 buah per kg. Benihnya berbentuk oval, ukuran
kira-kira 5x4 mm. jarang dijumpai dalam keempat ruang berisi benih seluruhnya,
umumnya hanya berisi 1-2 benih. Seringkali hanya 1 benih.yang tumbuh jadi
anakan.
Akar
Jati memilki 2
jenis akar yaitu tunggang dan serabut. Akar tunggang merupakan akar yang tumbuh
ke bawah dan berukuran besar. Fungsi utamanya menegakan pohon agar tidak mudah
roboh, sedangkan akar serabut merupakan akar yang tumbuh kesamping untuk
mencari air dan unsur hara. Untuk membedakan bibit jati yang berasal dari stek
pucuk dan pembiakan generatif (biji) bisa dibedakan terutama dari bentuk akar
(kalau mau beli bongkar dulu akarnya). Bibit jati Solomon stek pucuk mempunyai
akar menyamping (kiri kanan, depan belakang seperti cakar), sedangkan bibit
selain stek pucuk akarnya menghujam ke bawah. Daun jati Solomon stek pucuk
lebih halus permukaannya, sedangkan bibit biasa cenderung lebih kasar. Pada
batang paling bawah terlihat seperti bekas potongan yang mengeluarkan akar,
pada ruas pertama terlihat lebih besar dan lebih kokoh serta cenderung lebih
gelap dari ruas selanjutnya, karena pada saat pertumbuhan pucuk (proses
pemotongan sampai keluar akar 3-4 minggu) terjadi penguatan batang untuk
pertumbuhan akar, dan pada saat tersebut pertumbuhan pucuk terhenti.
2. Rotan
Akar
Akar tanaman rotan, sebagaimana akar tanaman lainnya, adalah
suatu bagian yang sangat penting karena akar mempunyai beberapa fungsi, yaitu
untuk memperkuat berdirinya tanaman secara keseluruhan, menyerap air dan
zat-zat makanan yang ada di dalam tanah, serta sebagai stasiun awal untuk
pendistribusian air dan zat makanan lainnya yang sudah terserap tadi untuk
diantarkan ke seluruh bagian tubuh.
Seperti halnya
tanaman suku palmae yang lain…, akar tanaman rotan memiliki beberapa sifat,
seperti:
- Akar tanaman rotan mempunyai sistem perakaran akar serabut.
- Akar tanaman rotan terletak di dalam tanah, dengan persentase pembagiannya 40% bersifat geotrop atau tumbuh masuk ke bumi, dan 60% bersifat hidotrop atau bertumbuh secara horizontal dan cenderung mengarah untuk mencari air hingga ke permukaan tanah.
- Warna akar rotan cenderung berwarna keputih-putihan, kekuning-kuningan, dan kehitam-hitaman.
- Akar rotan relatif tumbuh tidak lebih cepat daripada batangnya, namun terus tumbuh pada ujungnya.
Batang
Jika berbicara tentang rotan, tentu tidak lepas dari pembahasan
mengenai batanngya. Hal ini karena batang rotan mempunyai nilai ekonomi yang
paling tinggi di antara bagian lainnya. Dan…, yang sering kita lihat di
industry furniture rotan alam dan kerajinan rotan natural adalah batangnya,
atau pengolahan lanjutan dari batang rotan itu. Dan…, batang rotan mempunyai
beberapa fungsi untuk tumbuhan rotan itu sendiri, antara lain untuk mendukung
pertumbuhan bagian tanaman rotan lainnya yang ada di atas tanah, seperti
pelepah, daun dan bunga, serta buah rotan. Batang rotan juga menjadi saran
transportasi untuk pendistribusian air dan zat-zat makanan lainnya dari bawah
ke atas, dan pengangkutan hasil dari proses asimilasi dari atas ke bawah.
Selain itu…, batang rotan juga merupakan tempat penyimpana zat makanan cadangan
untuk tanaman rotan itu sendiri.
Dan agar kita tidak keliru dalam membedakan tanaman rotan dan
tanaman lainnya, maka berikut ini adalah beberapa ciri-ciri umum yang ada di
batang rotan:
- Bentuk batang rotan umumnya memanjang dan bulat seperti silinder atau segitiga, tetapi selalu bersifat aktinomorf. Batang rotan bersifat aktinomorf maksudnya adalah bahwa batang rotan akan menjadi bagian yang setangkup bila dibagi menjadi dua.
- Batang tanaman rotan dibagi menadi ruas-ruas yang setipa ruasnya dibatasi oleh buku-buku. Di buku-buku tersebut itulah tempat melekatnya pelepah dan tangkai daun tanaman rotan.
- Batang tanaman rotan selalu bersifat fototrop atau heliotrop, yaitu selalu mengarah ke atas menuju sinar matahari.
- Batang tanaman rotan selalu bertambah panjang pada ujungnya.
Namun…, walaupun demikian seperti yang telah dijelaskan di atas
mengenai sifat dan ciri-ciri batang rotan, ternyata batang rotan tetap memiliki
ciri-ciri dan sifat-sifat yang berbeda. Hal ini karena ada banyak jenis dan
varietas rotan. Contohnya adalah ukuran ruas pada sebatang rotan yang bisa
berbeda-beda. Jika kita amati dengan cermat…, kita akan menemukan bahwa ukuran
ruas pada batang rotan dari pangkal batang hingga sepanjang 1.5 meter itu tidak
sama. Sedangkan ukuran ruas dari jarak setelah itu hampir seragam.
Pelepah
dan Daun
Sebagaimana
daun tanaman lainnya, daun tanaman rotan juga mempunyai fungsi yang hampir
sama. Di antaranya adalah berfungsi sebagai tempat pengambilan zat makanan atau
resobsi, khususya resobsi zat yang bersifat gas, seperti CO2, tempat asimilasi
atau tempat pengolahan zat makanan, tempat transpirasi atau tempat penguapan
air, dan tempat respirasi atau tempat pernafasan.
Tanaman rotan berdaun majemuk dan juga mempunyai pelepah daun
yang duduk pada buku serta menutupi permukaan ruas batang. Anak daunnya tumbuh
di atas pelepah dan letak daunnya sejajar atau meyirip genap, atau menyirip
ganjil, atau berselang-seling di sepanjang pelepah daun. Daun rotan ditumbuhi
duri dengan berbagai bentuk dan warna.
Ukuran dan jumlah daunnya pun bervariasi tergantung pada jenis
dan varietas tanaman rotan itu sendiri. Duri yang melekat pada daun umumnya
tumbuh menghadap ke dalam. Hal ini berguna untuk menjadi penguat ketika proses
pengaitkan batang pada tumbuhan inang.
Ukuran panjang, lebar,dan bentuk dau rotan berbeda-beda. Hal ini
cukup menyulitkan untuk melakukan pengamatan dan identifikasi jenis tanaman
rotan dengan cara melihat daunnya. Oleh karenanya…, cara paling mudah untuk
mengidentifikasi jenis tanaman rotan adalah dengan membandingkannya dengan
tanaman rotan lainnya secara langsung.
Bunga
Rotan termasuk
tumbuhan berbunga majemuk. Secara genetik, hal ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu jenis rotan yang berbunga pada lateral batang yang keluarnya bunga lebih
dari satu kali. Dan yang kedua adalah jenis rotan yang berbunga pada ujung dan
kemunculannya hanya satu kali dalam hidupnya, yang mana tanaman akan mati
setelah proses generatif yang terakhir.
Bunga rotan
terbungkus oleh seludang, atau dinamakan juga sebagai spatha. Bunga
jantan akan siap dibuahi ketika seludang itu terbuka. Sedangkan bunga betina
akan baru siap dan mulai masak setelah seludangnya pecah pada hari ketiga belas
sampai hari ke dua puluh tujuh.
Bunga jantan dan
Bungan betina rotan biasanya berumah satu atau disebut juga sebagai mono-ceous.
Namun ada juga yang berumah dua atau diceous. Hal ini menyebabkan kita
bisa menjumpai adanya rotan jantan dan rotan betina. Proses penyerbukan bunga
pada tanaman rotan juga hampir sama seperti pada tanaman lainnya, yaitu dengan
adanya bantuan dari angina atau serangga penyerbuk. Pada bunga betina rotan ada
3 putik/stilus, sedangkan pada bunga jantan ada 6 benang sari / stamen. Sifat
dan ciri stamen pada rotan jantan ini adalah berdiri bebas atau saling
berhubungan yang pangkalnya melingkar seperti cacing. Bunga betina hampir mirip
dengan bunga jantan rotan yang steril. Perbedaannya hanya terletak pada
bentuk benang sarinya yang kosong. Ukuran bunga pada tanaman rotan
relative kecil. Hanya beberapa jenis saja yang mampu memiliki ukuran hingga 1
cm atau lebih. Contohnya adalah jenis rotan Calamus spectabilus yang
dapat memiliki ukuran Bungan hingga 1.7 cm.
Warna bunga pada
rotan bervariasi, mulai dari kecoklat-coklatan, kehijau-hijauan, atau krem.
Bunga rotan jika sedang dalam kondisi primordia atau sedang dalam
dibuahi, kelenjar madunya berbau susu sehingga menarik serangga untuk datang
membantu proses penyerbukan. Namun, bunga tersebut akan jatuh jika tidak
terjadi penyerbukan dalam kurun waktu 1 -2 hari.
Waktu periode
berbunga dan matangnya buah tidak sama dan tergantung pada tempat tumbuh dan
kondisi iklim setempat. Hal ini terjadi baik pada rotan sejenis ataupun yang tidak
sejenis. Sebagai gambarang tambahan…, waktu periode berbunga hingga
matangnya buah adalah berkisar antara 7 – 13 bulan sejak seludang pecah.
Berdasarkan pengalaman, buah rotan akan masak berkisar pada bulan Agustus
sampai dengan bulan Maret.
Buah
Buah rotan terdiri
atas kulit luar berupa sisik atau biasa disebut juga dengan pericarp.
Bentuk sisiknya trapessium dan tersusun secarr vertical dari toksis buah.
Ukuran sisiknya bervariasi tergantung pada ukurangan buahnya masing-masing.
Semakin besar ukuran buah, semakin besar juga sisik buah rotan itu.
Pada permukaan
buah rotan itu halus (laevis), atau ada juga yang kasar berbulu (glaberous).
Sedangkan bentuk buah rotan pada umumnya bulat, lonjong, atau bulat telur
(oval). Warna kulit dari buah yang sudah matang bermacam-macam. Ada yang kemerah-merahan,
coklat, coklat merah, hijau-krem, dan kuning keemas-emasan. Ada selaput tipis berwarna putih yang
membungkus daging buah rotan. Selaput ini terletak di bagian bawah kulit buah.
Adapun biji rotan sendiri terdapat di tengah-tengah buah rotan itu, seperti
biji buah lainnya yang terbungkus oleh daging buahnya.
Permukaan pada
biji buah rotan umumnya rata dan halus. Ada
juga yang berbentuk kasar dan berlekuk dangkal. Di dalam setiap bijinya ada
sekitar 1 – 3 embrio yang tertutup oleh lapisan selaput keras sebagai pelindung
embrio.
Untuk jenis rotan
dari famili Daemonorops, terdapat banyak cairan atau getah di bawah
kulit buahnya. Cairan atau getah ini sudah sejak lama telah digunakan sebagai
bahan dalam industry pewarna dan farmasi. Secara umum…, buah rotan siap dipanen
ketika sudah berumur 12 – 15 bulan sejak berbunga. Namun…, musim berbuah ini
berbeda-beda pada rotan, tergantung pada jenis rotannya dan juga kondisi
lingkungan hidupnya.
3.
Mahoni
Batang
Pohon selalu hijau dengan
tinggi antara 30 - 35 cm Kulit berwarna abu-abu dan halus ketika muda, berubah
menjadi coklat tua, menggelembung dan mengelupas setelah tua. Daun bertandan
dan menyirip yang panjangnya berkisar 35 - 50 cm, tersusun bergantian, halus
berpasangan, 4 - 6 pasang tiap-daun, panjangnya berkisar 9 - 18 cm. Bunga kecil
berwarna putih,panjang 10 - 20 cm, malai bercabang.
Buah
kering merekah, umumnya
berbentuk kapsul bercuping 5, keras, panjang 12-15 (-22) cm, abu-abu coklat,
halus atau . Bagian luar buah mengeras, ketebalan 5-7 mm bagian dalam lebih
tipis. Dibagian tengah mengeras seperti kayu, berbentuk kolom dengan 5 sudut
yang memanjang menuju ujung. Buah akan pecah mulai dari ujung atau pangkal pada
saat masak dan kering. Biji menempel pada kolumela melalui sayapnya,
meninggalkan bekas yang nyata setelah benih terlepas.Umumnya setiap buah
terdapat 35 -45 biji.
Bunga
Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota
bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih,
kuning kecoklatan.[3]
Buahnya buah kotak, bulat telur,
berlekuk lima,
warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam
atau cokelat
4. Bambu
Akar
Akar bambu terdiri atas rimpang (rhizon)
yang berbuku dan beruas. Pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang
dapat tumbuh menjadi batang. Akar rimpangnya yang terdapat dibawah tanah
membentuk sistem percabangan, dimana dari ciri percabangan tersebut nantinya akan
dapat membedakan asal dari kelompok bambu tersebut. Bagian pangkal akar
rimpangnya lebih sempit dari pada bagian ujungnya dan setiap ruas mempunyai
kuncup dan akar. Kuncup pada akar rimpang ini akan berkembang menjadi rebung
yang kemudian memanjat dan akhirnya menghasilkan buluh.
Tunas atau batang-batang bambu muda yang
baru muncul dari permukaan dasar rumpun dan rhizome disebut rebung. Rebung
tumbuh dari kuncup akar rimpang didalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua.
Rebung dapat dibedakan untuk membedakan jenis dari bambu karena menunjukkan
ciri khas warna pada ujungnya dan bulu-bulu yang terdapat pada pelepahnya. Bulu
pelepah rebung umumnya hitam, tetapi ada pula yang coklat atau putih misalnya
bambu cangkreh (Dinochloa scandens), sementara itu pada bambu betung (Dendrocalamus
asper) rebungnya tertutup oleh bulu coklat.
Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi
daun yang menempel pada setiap ruas, yang terdiri atas daun pelepah buluh,
kuping pelepah buluh dan ligulanya terdapat antara sambungan antara pelepah
daun daun pelepah buluh. Pelepah buluh sangat penting fungsinya yaitu buluh
ketika masih muda. Ketika buluh tumbuh dewasa dan tinggi, pada beberapa jenis
bambu pelepahnya luruh, tetapi pada jenis lain ada pula yang pelepahnya tetap
menempel pada buluh tersebut, seperti pada jenis bambu talang.
Akar tanaman bambu dapar berfungsi sebagai
penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran. Akar bambu juga dapat berperan
dalam menanganai limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini
menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya.
Batang
Batang bambu berbentuk
silindris, berbuku-buku, beruas-ruas, berongga (ada pula yang masif),
berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang. Warna
batangnya biasanya hijau dan jika sudah tua akan menguning atau cokelat.
Tumbuhnya ke atas dan tegak lurus (erectus). Batang-batang bambu muncul dari
akar-akar rimpang yang menjalar dibawah lantai. Batang-batang yang sudah tua
keras dan umumnya berongga, berbetuk silinder memanjang dan terbagi dalam
ruas-ruas. Tinggi tanaman bambu sekitar 0,3 m sampai 30 m.
Diameter batangnya 0,25-25 cm dan ketebalan dindingnya sampai
25 mm.
Pada
bagian tanaman terdapat organ-organ daun yang menyelimuti batang yang disebut
dengan pelepah batang. Biasanya pada batang yang sudah tua pelepah batangnya
mudah gugur. Pada ujung pelepah batang terdapat perpanjangan tambahan yang
berbetuk segi tiga dan disebut subang yang biasanya gugur lebih dulu.
Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan
untuk berbagai macam keperluan, namun demikian tidak semua jenis bambu dapat
dimanfaatkan. Secara geris besar pemanfaatan batang bamboo yaitu:
a. Bambu
yang masih dalam keadaan bulat, umumnya digunakan untuk tiang pada bangunan rumah sederhana.
b. Bambu
yang sudah dibelah, umumnya digunakan untuk dinding rumah, rangka atap (yang
terbuat dari ijuk atau rumbia), simpit, kerajinan tangan dan lain sebagainya.
c. Gabungan
bambu bulat dan sudah dibelah serta serat bambu, umumnya digunakan untuk aneka
kerajinan tangan, misalnya keranjang, kursi, meja, dan lain-lain.
Daun
Bagian selanjutnya adalah daunnya,
daun bambu (folium Bambusa sp) merupakan bagian yang memiliki
heteromorfisme pada fase kehidupannya. Berikut adalah pembahasan mengenai
heteromorfisme Bambusa sp.
Helai daun bambu mempunyai tipe pertulangan
yang sejajar seperti rumput, dan setiap daun mempunyai tulang daun utama yang
menonjol. Daunnya biasanya lebar, tetapi ada juga yang kecil dan sempit seperti
pada bambu cendani (Bambusa multiplex) dan bambu siam (Thyrsostachys
siamensis). Helai daun dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun yang
mungkin panjang atau pendek. Pelepah dilengkapi dengan kuping pelepah daun dan
juga ligula. Kuping pelepah daun umumnya besar tetapi ada juga yang kecil atau
tidak tampak. Pada beberapa jenis bambu, kuping pelepah daunnya mempunyai bulu
kejur panjang, tetapi ada juga yang gundul.
5. Pinus
Akar
Si Sistem akar pada Pinus merkusii adalah bersistem akar tunggang (Radix Primaria), kuat, bercabang dan Biasanya berwarna coklat. Akar tunggang
memiliki ciri khas yaitu pada akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang
bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil, sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar
kepada batang, dan juga daerah perakaran menjadi luas hingga dapat menyerap air
dan zat-zat makanan yang lebih banyak.
Batang
Batang kayu pinus memiliki ciri
warna teras yang sukar dibedakan dengan gubalnya, kecuali pada pohon berumur
tua, terasnya berwarna kuning kemerahan, sedangkan gubalnya berwarna putih
krem. Pinus merupakan pohon yang tidak berpori namun mempunyai saluran damar
aksial yang menyerupai pori
dan tidak mempunyai dinding sel yang jelas.
Permukaan radial dan tangensial
pinus mempunyai corak yang disebabkan karena perbedaan struktur kayu awal dan
kayu akhirnya, sehingga terkesan ada pola dekoratif. Riap tumbuh pada pinus
agak jelas terutama pada pohon-pohon yang berumur tua, pada penampang lintang
kelihatan seperti lingkaran-lingkaran memusat. Sebagian besar batang pinus (±
90-95%) terdiri atas sel trakeida yang berbentuk panjang dan langsing dengan
ujung-ujung yang tertutup serta mempunyai dinding sel yang tebal. Sel trakeida
mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai saluran cairan pohon yang dihisap oleh
akar menuju daun, dan sebagai pemberi kekuatan mekanis agar batang pinus bisa
tegak dan dapat menahan tajuknya.
Sementara sisanya (sebanyak ± 5
– 10%) terdiri atas sel berdinding tipis yaitu sel parenkim aksial dan sel
parenkim jari-jari. Kedua macam sel ini berfungsi sebagai gudang bahan makanan
cadangan (pati) dan sekaligus mendistribusikannya kepada jaringan yang
membutuhkannya. Bagi kayu yang mempunyai saluran damar seperti pada kayu pinus,
maka sebagian dari sel-sel parenkim ini baik sel parenkim aksial maupun sel
parenkim jari-jari yang mengelilingi (membatasi) saluran damar tersebut dapat
berdifferensiasi dan menjadi sel epithel. Sel epithel berfungsi untuk
menghasilkan getah (resin) yang bersifat antiseptik bila terjadi pelukaan atau
serangan hama
atau penyakit pada pohon pinus tersebut.
Pohon Pinus merkusii mempunyai batang yang dibagian bawahnya
lebih besar dan ke ujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat dipandang
sebagai suatu kerucut atau limas yang memanjang.
Di lihat dari
berbagai segi, batang pada Pinus merkusii berstruktur sebagai berikut:
- Bentuk Penampang Melintangnya
Di lihat penampang
melintangnya, batang pada Pinus merkusii berbentuk
bulat (Teres). Tegakan masak dapat mencapai tinggi 30 m dengan
diameter 60 – 80 cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m dengan diameter 140 cm.
Tajuk pohon muda berbentuk pyramid, setelah tua menjadi lebih rata dan
tersebar.
- Permukaan Batang
Permukaan pada
batang Pinus merkusii adalah memperlihatkan retak-retak, biasanya berwarna coklat. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna
gelap, alur dalam. kulit
berwarna coklat tua , kasar beralur dalam dan menyerpih dalam kepingan panjang.
Kayu bertekstur halus, bila diraba licin dan mengandung damar (resin),
permukaan mengkilap warna kuning muda, serat halus (Dirjen Kehutanan 1976).
Struktur kayu pinus tidak berpori dengan parenkim melingkari
saluran damar, memiliki berat jenis (BJ) rata-rata 0,55 (terendah 0,40 dan
tertinggi 0,75) dengan kelas kuat II sampai III dan kelas awet IV. Kulit pohon
berwarna abu-abu muda, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam. Terdapat 2 jarum
dalam satu ikatan dengan panjang 16-25 cm.
- Arah Tumbuh Batang
Arah tumbuh batang
ini adalah arah yang lazim pada tumbuhan lainnya yaitu tumbuh tegak lurus ke
atas (erectus).
- Percabangan Batang
Batang Pinus merkusii,
percabanan batangnya monopodial
seperti pada gambar di bawah ini:
Cara percabangan
seperti atas adalah, bisa di lihat bahwa batang pokok tampak lebih jelas (lebih
cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya.
Daun
Daun Pinus merkusii mempunyai daun dengan sebagai
berikut:
- Warna daun
Warna daun Pinus merkusii bervariasi, ketika masih muda maka
berwarna hijau muda, namun ketika sudah tua akan berwarna hijau tua.
- Circumscriptio
Daun Pinus merkusii berbentuk bangun acerocus (jarum), yaitu berupa bangun paku, lebih kecil dan
meruncing panjang. Daunnya tidak ada bagian yang terlebar atau dari pangkal
sampai ujung hampir sama lebar.
Bunga
Pohon pinus termasuk dalam tipe
pohon berumah satu dengan bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina
dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobili dengan panjang 2-4 cm
terletak terutama di bagian bawah tajuk, sedangakan strobili betina banyak
terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan. Strobili
jantan dan betina dapat ditemukan sepanjang tahun. Puncak pembungaan di
Indonesia Maret dan berakhir Juni. Penyerbukan oleh angin. Perkembangan menjadi
buah selama 11-15 bulan. Di Indonesia puncak pembuahan bulan Mei-Juli,
bervariasi menurut pohon maupun antar tegakan. Pohon mulai menghasilkan benih
setelah umur 10-15 tahun. Benih disebarkan angin.
Pinus merkusii merupakan tumbuhan berumah satu ( monoecus
unisexsualis), bunga berkelamin tungal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga Pinus merkusii terbagi menjadi strobilus jantan dan
betina. Strobilus jantan berbentuk silindris dengan panjang 2-4 cm, terutama di bagian
bawah tajuk. Sedangkan
strobilus betina berbentuk kerucut, ujungnya runcing, bersisik dan biasanya
erwarna coklat, pada tiap bakal biji terdapat sayap. Bunga muda berwarna kuning
sedangkan bunga tua berwarna coklat. Strobili betina banyak
terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan.
Buah
Pinus merkusii memiliki buah
berbentuk kerucut, silindris dengan panjang 5-10 cm dan lebar 2-4 cm. Lebar
setelah terbuka lebih dari 10 cm berbentuk kerucut, silindris, panjang 5 – 10 cm, lebar
2 – 4 cm. Lebar setelah terbuka lebih dari 10 cm.
Biji
Bijinya berbentuk
pipih dan
bulat telur dilengkapi dengan sayap, dihasilkan pada setiapdasar bunga atau
sisik buah, setiap sisik menghasilkan dua biji, biji biasanya berwarna putih
kekuninga
Benih : bersayap, dihasilkan dari dasar setiap
sisik buah. Setiap sisik menghasilkan 2 benih. Panjang sayap 22 – 30 mm, lebar
5 – 8 mm. Sayap melekat pada benih dengan penjepit yang berhubungan
dengan jaringan higroskopis di dasar sayap, sehingga benih tetap melekat saat
disebar angin selama sayap kering, tetapi segera lepas bila kelembaban benih
meningkat. Umumnya terdapat 35-40benih per kerucut dan 50.000-60.000 benih per
kg. Penyerbukan
dan penyebaran biji dengan bantuan angin. Serbuk sari dengan
dua gelembung udara.
Rabu, 03 September 2014
TEKNIK MENDAPATKAN VARIETAS BARU YANG UNGGUL
Pemuliaan tanaman adalah
rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan
pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode baku untuk menghasilkan varietas baru dan
mempertahankan kemurnian benih varietas yang dihasilkan. (Undang-undang
Republik Indonesia
nomor 29 tahun 2000 tentang perlindungan varietas tanaman).
Varietas baru adalah
rincian karakteristik tanaman dari varietas yang dimohonkan hak PVT yang
meliputi sifat-sifat Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan. Untuk
mendapatkan varietas baru dapat menggunakan beberapa metode/teknologi, seperti
di bawah ini:
1. Marka Molekuler
Marka Molekuler adalah upaya membedakan karateristik tanaman pada tingkat gen.
Penggunaan marka molekuler utamanya untuk memonitor variasi susunan DNA di
dalam dan pada sejumlah spesies serta merekayasa sumber baru variasi genetic
dengan mengintroduksi karakter-katakter baik yang baru dari landraces dan
spesies-spesies liar.
Teknologi pembeda pada tingkat genetika menjadi penting terkait dengan
perlindungan hak kekayaan intelektual. Para
pemulia bisa melindungi varietas temuannya tidak hanya teridentifikasi secara
anatomi namun juga secara genetika. Sehingga
sebuah tanaman yang agak berbeda secara fisik tidak dapat diklaim pihak lain
sebagai hasil pemuliaanya, jika nyatanya memiliki kesamaan genetic dari bahan
tanam milik seorang.
Di
Indonesia sendiri terdapat beberapa metoda melakukan marka molekuler. Antara
lain RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA), mikrosatelit, SNP (Single
Nucleotide Polymorphisms) dan AFCD (Amplified Fragment Length Polymorphism).
Langkah
awal pelaksanaan marka molekuler adalah mengambil bagian tanaman, biasanya
berasal dari daun muda. Kemudian diisolasi DNA-nya, kemudian dicari mana bagian
yang bertanggung jawab terhadap karakter unggul pada tanaman. Biasanya
DNA yang diisolasi kemudian akan dihubungkan dengan bank data genetika, untuk
mengidentifikasi gen dan menduga karakter yang diekspresikan.
Melalui
marka molekuler maka kepemilikan varietas akan diperkuat dengan identitas
tanamannya secara spesifik dalam bentuk gambar atau karakter gen. Dan informasi
tersebut menjadi data pendukung deskripsi fisik yang diperloleh dari hasil
observasi langsung di lapangan.
Manfaat
marka molekuler untuk tujuan pemuliaan tanaman, misalnya:
·
untuk melihat kekerabatan tanaman dan sidik jari, sehingga dapat ditelusuri
asal-usul tanaman dan pelabelan tanaman secara molekuler
·
untuk pemetaan genetic, sehingga dapat diketahui porsi gen secara tepat di
dalam genom tanaman
·
membantu seleksi tanaman hasil persilangan. Seleksi dengan marka molekuler
dapat membantu mempersingkat waktu mendapatkan galur-galur harapan.
2. Nuklir
Teknologi nuklir
merupakan salah satu teknologi moderen yang berkembang pesat dalam bidang
pertanian.Pemanfaatan teknik nuklir pada tanaman dapat digunakan untuk
perbaikan varietas melalui mutasi dengan radiasi.
Di Indonesia, kegiatan
penelitian aplikasi teknik nuklir dalam bidang pertanian khususnya untuk
pemuliaan tanaman telah dilakukan Badan Tenaga Nuklir Nasional.Tujuan
pengembangan penelitian teknik nuklir untuk pemuliaan tanaman adalah untuk
memberi kontribusi kepada pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan
nasional. Meski nuklir merupakan teknologi berbahaya bagi manusia, tapi punya
efek positif bila dapat memanfaatkan sifat-sifat hakiki dari tenaga ini untuk
maksud damai.Banyak orang belum mengetahui, bahwa dengan memanfaatkan
sifat-sifat inti atom yang tidak stabil, teknologi nuklirdapat digunakan dalam
bidang pertanian, peternakan, pengawetan makanan, hidrologi, industri, dan
kedokteran. Padaakhirnya, pemanfaatan teknologi nuklir akan dapat meningkatkan
mutu kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, Itamenegaskan. Aplikasi teknik
nuklir dalam pemuliaan mutasi bisa digunakan untuk memperbaiki satu atau dua
sifat yang kurang menguntungkan pada tanaman. Program pemuliaan mutasi di Pusat
Aplikasi Teknologi Isotop dan RadiasiBATAN lebih diarahkan pada tanaman pangan,
hortikultu ra, dan industri. Dari hasil program pemuliaan mutasi tanamantelah
dilepas secara nasional beberapa varietas unggul, antara lain 15 varietas
kedelai, satu varietas kacang hijau dansatu varietas kapas. Selain itu, banyak
galur mutan harapan dari beberapa jenis tanaman yang masih dalam prosesuntuk
dikembangkan menjadi varietas antara lain, padi, kedelai, kacang hijau, ka cang
tanah, sorgum, gandum, bawang,artemisia atau tanaman obat, kapas, jarak pagar,
dan tanaman hias.
Tujuan pengembangan penelitian teknik
nuklir untuk pemuliaan tanaman adalah untuk memberi kontribusi kepada
pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional Program pemuliaan
mutasi di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN lebih diarahkan
pada tanaman pangan, hortikultura, dan industri. Teknologi nuklir digunakan
untuk pemuliaan tanaman menggunakan teknik mutasi (mutation breeding). Teknik
ini nantinya akan dihasilkan keragaman genetik tanaman, yang kemudian melalui
proses seleksi dan pengujian lebih lanjut, akan diperoleh suatu varietas unggul
tanaman. Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi
secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup
yang bersifat terwariskan (heritable). Mutasi sendiri ada yang bersifat spontan
di alam (spontaneous mutations) ataupun secara induksi (induced mutation).
Keduanya sama-sama menghasilkan variasi genetik sebagai dasar seleksi tanaman
yang akan diteliti. Oleh sebab itu ada yang mengatakan bahwa pemuliaan tanaman
menggunakan metode rekayasa genetic.
Mutasi induksi dapat dilakukan pada
tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap organ reproduksi
tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome, kultur jaringan
dan sebagainya. Jika mutasi di alam terjadi secara lambat, spektrum, percepatan
dan frekuansi mutasi dari tanaman dapat dinaikkan dengan perlakuan penambahan
mutagen. Contoh mutagen yang sering digunakan adalah diethyl sulphate (dES),
methyl methane sulphonate (MMS), hydroxylamine yang termasuk kelompok mutagen
kimia; sinar-X, radiasi Gamma, radiasi beta, neutrons yang termasuk mutagen
fisika.
Varietas unggul yang telah diproduksi
BATAN meliputi tanaman padi jenis Atomita-1, Atomita-2, Atomita-3, Atomita-4,
Cilosari, Situgintung, Mira-1, Diah Suci, dll; kacang hijau jenis Camar;
kedelai jenis Muria, Rajabasa, Tengger. Realisasi di lapangan, tanaman varietas
unggul tersebut disesuaikan dengan kondisi daerah dan keinginan masyarakat
setempat seperti Sumatera yang lebih suka beras pera berbeda dengan Jawa Barat
yang lebih menggemari beras pulen. Tetapi penggunaan nuklir dalam
kehidupan sehari-hari perlu studi kelayakan dan evaluasi juga pertimbangan
pembiayaannya, harus dilakukan seefektif mungkin untuk meminimalisasi
terjadinya radiasi bahan radio aktif bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di
lokasi sekitarnya dan para pekerjanya sendiri.
3. Rekombinan
DNA
Perkembangan dan kemajuan yang dicapai
dalam bidang biologi molekuler telah melahirkan dan berkembangnya teknologi
rekombinan DNA atau yang dikenal dengan sebutan rekayasa genetik . Rekayasa genetik atau rekombinan
DNA adalah suatu kumpulan teknik-teknik eksperimental yang memungkinkan
peneliti untuk mengisolasi, mengidentifiksi dan melipatgandaan suatu fragmen
dari material genetik (DNA) dalam bentuk murninya. Manipulasi-manipulasi
tersebut dilakukan secara in
vitro dengan menggunakan
material-material biologi
Penggunaan kultur jaringan untuk
pembiakan klonal didasarkan pada anggapan bahwa jaringan secara
genetik tetap stabil jika dipisahkan dari tumbuhan induk dan ditempatkan dalam
kultur. Pendapat ini sebahagian besar berlaku jika tumbuhan dibiakkan
dengan kuncup ketiak atau tunas liar yang secara langsung dipisahkan dari
tanaman. Walaupun demikian, apabila tunas terbentuk dari jaringan kalus,
sering terjadi penyimpangan (Chaleff, 1984).
Protoplas sel totipoten tanpa dinding
sel dapat dihasilkan dengan mudah dan telah dirancang suatu metode untuk
menumbuhkannya menjadi jaringan kalus dan dilanjutkan menjadi tanaman kecil
yang dapat dikembangbiakan secara konvensional. Protoplas dapat
dipisahkan dari jaringan tanaman, termasuk akar, daun, buah, serbuk sari,
bintil akar kacangan, organ penyimpanan dan jaringan kalus. Jaringan daun
sering digunakan karena hasil protoplas dari sumber ini cukup tinggi dan
seragam. Protoplas sering menghasilkan jaringan kalus yang kemudian dari
kalus ini diregenerasikan suatu tumbuhan yang lengkap. Sayangnya,
keberhasilan metoda ini kecil peluangnya untuk tanaman kacang-kacangan
dan padi-padian. Belakangan ini kemungkinan tanaman Medicago sativa (Alfafa) untuk beregenerasi dari
protoplasma menjadi tumbuhan lengkap peluangnya cukup tinggi dalam
kondisi pertumbuhan yang relatif sederhana. Hal ini memberi petunjuk
penting bahwa usaha dibidang kacang-kacangan akan dapat berkembang lebih
cepat. Sebegitu jauh kita masih belum mampu untuk mengembangkan
tumbuhan dari jenis padi-padian dan kacang-kacangan melalui pertumbuhan
protoplasma.
Manfaat penting dari protoplasma dalam
pemuliaaan tanaman terletak pada beberapa sifatnya, yaitu :
(1) protoplas dapat dihasilkan dan disaring
untuk membentuk banyak variasi. Meskipun protoplas yang terbentuk secara
genetik bersifat homogen, tetapi kalus yang merupakan keturunannya dapat
menjadi tanaman yang menunjukan perbedaan sifat-sifat yang cukup besar,
(2) tidak adanya dinding sel memudahkan fusi
antara protoplas dan dengan demikian mengawali terjadinya pembastaran. Fakta
bahwa fusi dapat terjadi antara sel somatik yang bersifat diploid yang
memungkinkan pemulia tanaman merancang suatu teknik dengan baik
(3) tidak adanya dinding sel juga memudahkan
penyerapan DNA, sebagai fragmen atau plasmid yang berasal dari bakteri, untuk
menghasilkan tanaman dengan sifat-sifat yang baru sama sekali.
Meskipun tanaman yang diperbanyak
secara vegetatif (klon) umumnya mirip induknya, tetapi tidak berarti, bahwa
semua klon secara genetik bersifat serupa. Klon yang berbeda secara nyata dari
induknya dapat terjadi, dan dikenal sebagai varian
somatik dan merupakan hasil
perubahan genetik pada sel merismatik yang menghasilkan semua atau sebagian
tumbuhan baru. Dalam hal-hal tertentu varian somatik dapat menjadi
varietas baru yang penting, misalnya pada jeruk manis. Beberapa mekanisme
genetik dapat menyebabkan terjadinya variasi somatik, antara lain :
perubahan jumlah kromosom dalam inti, mutasi gen tunggal, seperti kloroplas dan
mitokondria.
Meskipun fusi protoplas tumbuhan
diketahui jarang terjadi, namun Power dan kawan-kawan tahun 1970,
berhasil merancang suatu metode untuk mengendalikan fusi yang dapat diulang,
dan dengan demikian menemukan langkah awal untuk pembastaran somatik pada
tumbuhan. Suspensi protoplas dalam 0,25 mol/l larutan natrium nitrat dapat
menginduksi fusi yang cepat. Larutan 10,2% sukrosa,
5,5% natrium nitrat dan kalsium klorida dapat digunakan untuk menginduksi
fusi protoplas Parthenocissus
tricuspidata dengan protoplas Petunia hibrida.
Tahap berikutnya adalah membangkitkan
bastar somatik dengan teknik fusi protoplasma yaitu dengan : isolasi
protoplasma, fusi, pembentukan kembali dinding sel, fusi inti untuk mendapatkan
inti bastar sejati, pertumbuhan sel bastar dalam kultur, dan akhirnya
pembentukan tumbuhan secara lengkap.
Pada umumnya, fusi kloroplas tumbuhan
mudah dicapai, meskipun tidak mudah untuk menumbuhkan sel bastar dengan
memuaskan. Dari hal ini jelaslah bahwa protoplas bastar yang hanya
sedikit terdapat dalam campuran sel perlu dipisahkan dan mendorong
perkembangannya melalui prosedur seleksi. Sebagai contoh
pembastaran somatik antara Petunia
hybrida dengan Petunia parodii, yang prosedur
seleksinya memanfaatkan adanya perbedaan kekuatan potensi pertumbuhan
antara protoplas daun kedua jenis tumbuhan ini. Protoplas Petunia parodiipaling tinggi
hanya dapat membentuk kalus kecil yang terdiri dari lebih kurang lima puluh sel
pada media, sedangkan protoplas Petunia
hybrida terus menerus
membentuk kalus. Sebaliknya dari kepekaannya terhadap aktinomisin
D, Petunia hybrida lebih peka terhadap aktinomisin D dari
protoplas Petunia parodi .
Inti campuran (heterokarion)
yang terjadi pada fusi dua protoplas yang tidak sama dapat berkembang menjadi
sel bastar dengan fusi inti. Dengan cara ini semua organel dari
kedua protoplas pembawa gen yang dapat mengadakan seleksi sendiri,
digabung, sedangkan pada persilangan seksual biasa, satu inti yang membawa gen
kromosomal (karyom) yang berasal dari masing-masing induk, tetapi bisanya gen
yang diwariskan melalui plastida (plastidom) dan gen yang diwariskan
melalui mitokondria (kondriom) hanya berasal dari induk betina. Dengan
demikian, teknik fusi protoplasma memberikan kesempatan untuk menghasilkan
kombinasi dua genom induk yang lengkap.
Salah satu keuntungan utama yang
diberikan oleh kultur untuk percobaan genetik dengan tumbuhan lebih tinggi
adalah bahwa kultur sel itu memungkinkan seleksi langsung untuk memperoleh
fenotipe baru dari sejumlah besar populasi sel yang ditumbuhkan pada kondisi
tertentu dan dari segi fisiologis dan perkembangan bersifat seragam.
Jutaan sel, masing-masing mempunyai potensi untuk menjadi tumbuhan dapat
dikulturkan dalam satu cawan petri.
Berbagai metoda telah dikembangkan dan
digunakan untuk membuat tanaman transgenik, termasuk diantaranya penggunaan
plasmid Ti dengan Agrobacterium
tumefaciens. Metoda
lain yang juga telah dikembangkan adalah metoda gen transfer menggunakan
kloroplas, mikroinjeksi DNA, elektroforasi, penembakkan dengan mikroproyektil
(Uchimiya, 1989)
Agrobacterium tumefacien efektif digunakan sebagai sistim
transfer gen tanaman dikotil, meskipun tidak semua tanaman dikotil menunjukkan
respon yang sama terhadap sistim tranformasi ini. Kedelai misalnya
termasuk spesies tanaman yang sulit direkayasa denganAgrobacterium.
Kekurangan yang mencolok dalam sistim ini adalah kesulitan dengan tanaman
monokotil, terutama golongan serelia seperti : padi, jagung, gandum dan
lain-lain yang tidak dapat ditransformasi dengan Agrobacterium (Wu, 1990).
Teknik-teknik gen transfer berkembang
dengan cepat dan terus disempurnakan. Dalam beberapa tahun terakhir, gen
transfer pada tanaman sudah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di beberapa
laboratorium di dunia. metoda yang efisien dalam mengklon gen, teknik
transformasi, regenerasi tanaman, ketersediaan konstruksi-konstruksi gen baru,
sistim vektor yang terus dikembangkan, promotor yang spesifik untuk organ
tertentu untuk ekspresi gen adalah faktor-faktor yang berperan dalam
memproduksi tanaman transgenik.
Pada awalnya, gen yang banyak dipakai
dalam transfer tanaman adalah gen-gen reporter yang fungsinya lebih banyak
untuk uji pengembangan teknik transfer itu sendiri, atau mempelajari kemampuan
sekuens pengendali dalam mengendalikan ekspresi suatu gen di dalam sel
tanaman. Kemudian terus dikembangkan transfer klon gen yang mengendalikan
karakter-karakter yang mempunyai nilai ekonomis sejalan dengan tersedianya klon
gen tersebut. Karakter-karakter tersebut diantaranya adalah gen
untuk ketahanan terhadap serangga, gen untuk ketahanan terhadap penyakit virus
dan bakteri, gen ketahanan terhadap herbisida, toleransi terhadap
salinitas, kekeringan dan peningkatan kualitas nutrisi.
4. Transfer
Gen
Cara ini dikenal pula sebagai transformasi DNA.
Gen dari organisme lain disisipkan ke dalam DNA tanaman untuk tujuan tertentu.
Strategi pemuliaan ini banyak mendapat penentangan dari kelompok-kelompok
lingkungan karena kultivar yang dihasilkan dianggap membahayakan lingkungan
jika dibudidayakan.
Transformasi tanaman yang dimediasi
dengan Agrobacterium tumefaciens merupakan metode transformasi tanaman yang
paling umum digunakan A. tumefaciens secara alami menginfeksi tumbuhan dikotil
dan menyebabkan tumor yang disebut ‘crown gall’ Bakteri ini merupakan bakteri
gram negatif yang menyebabkan crown gall dengan mentransfer bagian DNA-nya
(dikenal sebagai T-DNA) dari Tumour inducing plasmid (Ti plasmid) ke dalam inti
sel dan berintegrasi dengan genom sehingga menyebabkan penyakit ‘crown
gall’.T-DNA mengandung 2 tipe gen, gen onkogenik yang menyandikan enzim
termasuk sintesis auksin dan sitokinin dan membentuk formasi tumor, serta gen
yang menyandikan sintesis opin, hasil dari kondensasi asam amino dan gula. Opin
dihasilkan dan diekskresikan sel ‘crown gall’ dan digunakan oleh A. tumefaciens
sebagai sumber karbon dan nitrogen. Sementara gen untuk reaksi katabolisme
opin, gen yang membantu transfer T-DNA dari bakteri ke sel tanaman, dan gen
tansfer konjugatif plasmid, terdapat diluar T-DNA.
A. tumefaciens terlebih dahulu
melakukan pelekatan pada permukaan sel tanaman dengan membentuk mikrofibril
sehingga menyebabkan terjadinya luka pada tanaman yang akan mengeluarkan
senyawa fenolik yaitu asetosiringone sebagai respon sinyal. Sinyal tersebut
mengaktifkan virA yang merupakan protein kinase untuk mengaktifkan virG dan
memfosforilasinya menjadi virG-P. Dengan aktifnya virG-P ini akan mengaktifkan
gen-gen vir lainnya untuk mulai bersifat virulen dan melakukan transfer VirD untuk
memotong situs spesifik pada Ti plasmid, pada sisi kiri dan kanannya sehingga
melepaskan T-DNA yang akan ditransfer dari bakteri ke sel tanaman . T-DNA utas
tunggal akan diikat oleh protein VirE yang merupakan single strand binding
protein sehingga terlindung dari degradasi. Bersamaan dengan itu, protein virB
membentuk saluran transmembran ysng menghubungkan sel A. tumefaciens dan sel
tanaman sehingga T-DNA dapat masuk ke sel tanaman. Gen pada T-DNA, yang
meliputi gen auksin, sitokinin dan opin, ikut terekspresi sehingga memacu
pertumbuhan sel tanaman menjadi banyak (tumor.
Dengan adanya teknologi transformasi
yang dimediasi A. tumefaciens ini berperan dalam menghasilkan tanaman
transgenik, seperti tanaman tembakau yang tahan terhadap antibiotik tertentu.
Resistensi terhadap antibiotik ini didapatkan dari bakteri yang turut menyisip
pada T-DNA A. tumefaciens.
Pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi radiasi
untuk mendapatkan varietas baru dilakukan dengan cara mengiradiasi biji tanaman
yang dikehendaki pada dosis tertentu. Radiasi yang digunakan adalah sinar gamma
yang mampu menembus biji tanaman hingga pada lapisan DNA (gen pembawa sifat
keturunan). Perubahan yang terjadi pada DNA akan menghasilkan perubahan sifat
pada keturunannya. Perubahan sifat secara genetik dapat diamati melalui
pertumbuhan tanaman. Dengan teknik ini dapat diperoleh sifat-sifat baru yang
lebih unggul dari varietas induknya, meliputi daya hasil, daya adaptasi, umur
tanaman, serta ketahanan terhadap hama
dan penyakit. Penyinaran radiasi terhadap biji tanaman tidak mengakibatkan biji
menjadi bersifat radioaktif.
Arti dari mutasi dalam bahasan ini adalah suatu
proses dimana suatu gen mengalami perubahan struktur dan/atau suatu perubahan
sifat keturunan yang mengakibatkan perubahan fenotipe yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Sedangkan radiasi adalah pancaran energi
melalui materi atau ruang dalam bentuk partikel atau gelombang elektromagnetik
/ cahaya (foton) dari sumber radiasi.
Keuntungan pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi
radiasi adalah prosesnya yang relatif cepat dibanding teknik lain, dapat
memperbaiki satu atau dua sifat tanaman, dapat menimbulkan sifat baru, serta
dapat mematahkan dua sifat yang linkage.
Teknik mutasi radiasi telah dilakukan di BATAN
sejak tahun 1980-an. Sebagai contoh adalah seleksi pedigree varietas padi
Cisantana dengan penyinaran radiasi sinar gamma dosis 0,2 kGy menggunakan
irradiator gamma (gambar 2.) menghasilkan varietas baru yang diberi nama
Bestari. Perbaikan yang dihasilkan adalah dihilangkannya bulu pada gabah
Cisantana (gambar 3.). Adanya bulu tidak disukai petani karena dapat menurunkan
rendemen beras. Selain itu, potensi hasil produksi juga meningkat dibandingkan
dengan varietas induknya, yaitu dari 7,0 ton/ha menjadi 9,42 ton/ha. Kadar
amilosanya turun dari 23 % menjadi 20,62 %. Kadar amilosa menentukan tekstur
nasi, nilai kadar amilosa antara 10 – 20 % tekstur nasinya sangat pulen, antara
20 – 25 % pulen dan diatas 25 % merupakan nasi pera.
6. Kultur jaringan
Merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan
cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan
zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan
bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat
steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk
membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit
dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan
mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan
induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak
terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar
dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan
tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan
teknik kultur jaringan adalah:
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan
kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan
tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang
digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman
yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan
kultur jaringan adalah tunas.
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur
jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow
dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap
peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada
peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus steril.
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman
dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow
untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak
dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan
adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan
menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau
busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan
keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati
dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk
melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil
kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.
Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap
sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan
pemeliharaan bibit generatif.
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen
bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah
terdapat beberapa tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur
jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.
Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di
beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur
jaringan yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu
yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari
benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia.
Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih
cepat. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat maka
lahan-lahan yang kosong dapat c
KEUNTUNGAN PEMANFAATAN KULTUR
JARINGAN
� Pengadaan
bibit tidak tergantung musim
� Bibit
dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan
waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata
tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit)
� Bibit
yang dihasilkan seragam
� Bibit
yang dihasilkan bebas penyakit (meng gunakan
organ tertentu)
� Biaya
pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
� Dalam
proses pembibitan bebas dari gang guan
hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya
KULTUR jaringan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk membuat
bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama
atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama
atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
Langganan:
Postingan (Atom)