Pemuliaan tanaman adalah
rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan
pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode baku untuk menghasilkan varietas baru dan
mempertahankan kemurnian benih varietas yang dihasilkan. (Undang-undang
Republik Indonesia
nomor 29 tahun 2000 tentang perlindungan varietas tanaman).
Varietas baru adalah
rincian karakteristik tanaman dari varietas yang dimohonkan hak PVT yang
meliputi sifat-sifat Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan. Untuk
mendapatkan varietas baru dapat menggunakan beberapa metode/teknologi, seperti
di bawah ini:
1. Marka Molekuler
Marka Molekuler adalah upaya membedakan karateristik tanaman pada tingkat gen.
Penggunaan marka molekuler utamanya untuk memonitor variasi susunan DNA di
dalam dan pada sejumlah spesies serta merekayasa sumber baru variasi genetic
dengan mengintroduksi karakter-katakter baik yang baru dari landraces dan
spesies-spesies liar.
Teknologi pembeda pada tingkat genetika menjadi penting terkait dengan
perlindungan hak kekayaan intelektual. Para
pemulia bisa melindungi varietas temuannya tidak hanya teridentifikasi secara
anatomi namun juga secara genetika. Sehingga
sebuah tanaman yang agak berbeda secara fisik tidak dapat diklaim pihak lain
sebagai hasil pemuliaanya, jika nyatanya memiliki kesamaan genetic dari bahan
tanam milik seorang.
Di
Indonesia sendiri terdapat beberapa metoda melakukan marka molekuler. Antara
lain RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA), mikrosatelit, SNP (Single
Nucleotide Polymorphisms) dan AFCD (Amplified Fragment Length Polymorphism).
Langkah
awal pelaksanaan marka molekuler adalah mengambil bagian tanaman, biasanya
berasal dari daun muda. Kemudian diisolasi DNA-nya, kemudian dicari mana bagian
yang bertanggung jawab terhadap karakter unggul pada tanaman. Biasanya
DNA yang diisolasi kemudian akan dihubungkan dengan bank data genetika, untuk
mengidentifikasi gen dan menduga karakter yang diekspresikan.
Melalui
marka molekuler maka kepemilikan varietas akan diperkuat dengan identitas
tanamannya secara spesifik dalam bentuk gambar atau karakter gen. Dan informasi
tersebut menjadi data pendukung deskripsi fisik yang diperloleh dari hasil
observasi langsung di lapangan.
Manfaat
marka molekuler untuk tujuan pemuliaan tanaman, misalnya:
·
untuk melihat kekerabatan tanaman dan sidik jari, sehingga dapat ditelusuri
asal-usul tanaman dan pelabelan tanaman secara molekuler
·
untuk pemetaan genetic, sehingga dapat diketahui porsi gen secara tepat di
dalam genom tanaman
·
membantu seleksi tanaman hasil persilangan. Seleksi dengan marka molekuler
dapat membantu mempersingkat waktu mendapatkan galur-galur harapan.
2. Nuklir
Teknologi nuklir
merupakan salah satu teknologi moderen yang berkembang pesat dalam bidang
pertanian.Pemanfaatan teknik nuklir pada tanaman dapat digunakan untuk
perbaikan varietas melalui mutasi dengan radiasi.
Di Indonesia, kegiatan
penelitian aplikasi teknik nuklir dalam bidang pertanian khususnya untuk
pemuliaan tanaman telah dilakukan Badan Tenaga Nuklir Nasional.Tujuan
pengembangan penelitian teknik nuklir untuk pemuliaan tanaman adalah untuk
memberi kontribusi kepada pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan
nasional. Meski nuklir merupakan teknologi berbahaya bagi manusia, tapi punya
efek positif bila dapat memanfaatkan sifat-sifat hakiki dari tenaga ini untuk
maksud damai.Banyak orang belum mengetahui, bahwa dengan memanfaatkan
sifat-sifat inti atom yang tidak stabil, teknologi nuklirdapat digunakan dalam
bidang pertanian, peternakan, pengawetan makanan, hidrologi, industri, dan
kedokteran. Padaakhirnya, pemanfaatan teknologi nuklir akan dapat meningkatkan
mutu kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, Itamenegaskan. Aplikasi teknik
nuklir dalam pemuliaan mutasi bisa digunakan untuk memperbaiki satu atau dua
sifat yang kurang menguntungkan pada tanaman. Program pemuliaan mutasi di Pusat
Aplikasi Teknologi Isotop dan RadiasiBATAN lebih diarahkan pada tanaman pangan,
hortikultu ra, dan industri. Dari hasil program pemuliaan mutasi tanamantelah
dilepas secara nasional beberapa varietas unggul, antara lain 15 varietas
kedelai, satu varietas kacang hijau dansatu varietas kapas. Selain itu, banyak
galur mutan harapan dari beberapa jenis tanaman yang masih dalam prosesuntuk
dikembangkan menjadi varietas antara lain, padi, kedelai, kacang hijau, ka cang
tanah, sorgum, gandum, bawang,artemisia atau tanaman obat, kapas, jarak pagar,
dan tanaman hias.
Tujuan pengembangan penelitian teknik
nuklir untuk pemuliaan tanaman adalah untuk memberi kontribusi kepada
pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional Program pemuliaan
mutasi di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN lebih diarahkan
pada tanaman pangan, hortikultura, dan industri. Teknologi nuklir digunakan
untuk pemuliaan tanaman menggunakan teknik mutasi (mutation breeding). Teknik
ini nantinya akan dihasilkan keragaman genetik tanaman, yang kemudian melalui
proses seleksi dan pengujian lebih lanjut, akan diperoleh suatu varietas unggul
tanaman. Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi
secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup
yang bersifat terwariskan (heritable). Mutasi sendiri ada yang bersifat spontan
di alam (spontaneous mutations) ataupun secara induksi (induced mutation).
Keduanya sama-sama menghasilkan variasi genetik sebagai dasar seleksi tanaman
yang akan diteliti. Oleh sebab itu ada yang mengatakan bahwa pemuliaan tanaman
menggunakan metode rekayasa genetic.
Mutasi induksi dapat dilakukan pada
tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap organ reproduksi
tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome, kultur jaringan
dan sebagainya. Jika mutasi di alam terjadi secara lambat, spektrum, percepatan
dan frekuansi mutasi dari tanaman dapat dinaikkan dengan perlakuan penambahan
mutagen. Contoh mutagen yang sering digunakan adalah diethyl sulphate (dES),
methyl methane sulphonate (MMS), hydroxylamine yang termasuk kelompok mutagen
kimia; sinar-X, radiasi Gamma, radiasi beta, neutrons yang termasuk mutagen
fisika.
Varietas unggul yang telah diproduksi
BATAN meliputi tanaman padi jenis Atomita-1, Atomita-2, Atomita-3, Atomita-4,
Cilosari, Situgintung, Mira-1, Diah Suci, dll; kacang hijau jenis Camar;
kedelai jenis Muria, Rajabasa, Tengger. Realisasi di lapangan, tanaman varietas
unggul tersebut disesuaikan dengan kondisi daerah dan keinginan masyarakat
setempat seperti Sumatera yang lebih suka beras pera berbeda dengan Jawa Barat
yang lebih menggemari beras pulen. Tetapi penggunaan nuklir dalam
kehidupan sehari-hari perlu studi kelayakan dan evaluasi juga pertimbangan
pembiayaannya, harus dilakukan seefektif mungkin untuk meminimalisasi
terjadinya radiasi bahan radio aktif bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di
lokasi sekitarnya dan para pekerjanya sendiri.
3. Rekombinan
DNA
Perkembangan dan kemajuan yang dicapai
dalam bidang biologi molekuler telah melahirkan dan berkembangnya teknologi
rekombinan DNA atau yang dikenal dengan sebutan rekayasa genetik . Rekayasa genetik atau rekombinan
DNA adalah suatu kumpulan teknik-teknik eksperimental yang memungkinkan
peneliti untuk mengisolasi, mengidentifiksi dan melipatgandaan suatu fragmen
dari material genetik (DNA) dalam bentuk murninya. Manipulasi-manipulasi
tersebut dilakukan secara in
vitro dengan menggunakan
material-material biologi
Penggunaan kultur jaringan untuk
pembiakan klonal didasarkan pada anggapan bahwa jaringan secara
genetik tetap stabil jika dipisahkan dari tumbuhan induk dan ditempatkan dalam
kultur. Pendapat ini sebahagian besar berlaku jika tumbuhan dibiakkan
dengan kuncup ketiak atau tunas liar yang secara langsung dipisahkan dari
tanaman. Walaupun demikian, apabila tunas terbentuk dari jaringan kalus,
sering terjadi penyimpangan (Chaleff, 1984).
Protoplas sel totipoten tanpa dinding
sel dapat dihasilkan dengan mudah dan telah dirancang suatu metode untuk
menumbuhkannya menjadi jaringan kalus dan dilanjutkan menjadi tanaman kecil
yang dapat dikembangbiakan secara konvensional. Protoplas dapat
dipisahkan dari jaringan tanaman, termasuk akar, daun, buah, serbuk sari,
bintil akar kacangan, organ penyimpanan dan jaringan kalus. Jaringan daun
sering digunakan karena hasil protoplas dari sumber ini cukup tinggi dan
seragam. Protoplas sering menghasilkan jaringan kalus yang kemudian dari
kalus ini diregenerasikan suatu tumbuhan yang lengkap. Sayangnya,
keberhasilan metoda ini kecil peluangnya untuk tanaman kacang-kacangan
dan padi-padian. Belakangan ini kemungkinan tanaman Medicago sativa (Alfafa) untuk beregenerasi dari
protoplasma menjadi tumbuhan lengkap peluangnya cukup tinggi dalam
kondisi pertumbuhan yang relatif sederhana. Hal ini memberi petunjuk
penting bahwa usaha dibidang kacang-kacangan akan dapat berkembang lebih
cepat. Sebegitu jauh kita masih belum mampu untuk mengembangkan
tumbuhan dari jenis padi-padian dan kacang-kacangan melalui pertumbuhan
protoplasma.
Manfaat penting dari protoplasma dalam
pemuliaaan tanaman terletak pada beberapa sifatnya, yaitu :
(1) protoplas dapat dihasilkan dan disaring
untuk membentuk banyak variasi. Meskipun protoplas yang terbentuk secara
genetik bersifat homogen, tetapi kalus yang merupakan keturunannya dapat
menjadi tanaman yang menunjukan perbedaan sifat-sifat yang cukup besar,
(2) tidak adanya dinding sel memudahkan fusi
antara protoplas dan dengan demikian mengawali terjadinya pembastaran. Fakta
bahwa fusi dapat terjadi antara sel somatik yang bersifat diploid yang
memungkinkan pemulia tanaman merancang suatu teknik dengan baik
(3) tidak adanya dinding sel juga memudahkan
penyerapan DNA, sebagai fragmen atau plasmid yang berasal dari bakteri, untuk
menghasilkan tanaman dengan sifat-sifat yang baru sama sekali.
Meskipun tanaman yang diperbanyak
secara vegetatif (klon) umumnya mirip induknya, tetapi tidak berarti, bahwa
semua klon secara genetik bersifat serupa. Klon yang berbeda secara nyata dari
induknya dapat terjadi, dan dikenal sebagai varian
somatik dan merupakan hasil
perubahan genetik pada sel merismatik yang menghasilkan semua atau sebagian
tumbuhan baru. Dalam hal-hal tertentu varian somatik dapat menjadi
varietas baru yang penting, misalnya pada jeruk manis. Beberapa mekanisme
genetik dapat menyebabkan terjadinya variasi somatik, antara lain :
perubahan jumlah kromosom dalam inti, mutasi gen tunggal, seperti kloroplas dan
mitokondria.
Meskipun fusi protoplas tumbuhan
diketahui jarang terjadi, namun Power dan kawan-kawan tahun 1970,
berhasil merancang suatu metode untuk mengendalikan fusi yang dapat diulang,
dan dengan demikian menemukan langkah awal untuk pembastaran somatik pada
tumbuhan. Suspensi protoplas dalam 0,25 mol/l larutan natrium nitrat dapat
menginduksi fusi yang cepat. Larutan 10,2% sukrosa,
5,5% natrium nitrat dan kalsium klorida dapat digunakan untuk menginduksi
fusi protoplas Parthenocissus
tricuspidata dengan protoplas Petunia hibrida.
Tahap berikutnya adalah membangkitkan
bastar somatik dengan teknik fusi protoplasma yaitu dengan : isolasi
protoplasma, fusi, pembentukan kembali dinding sel, fusi inti untuk mendapatkan
inti bastar sejati, pertumbuhan sel bastar dalam kultur, dan akhirnya
pembentukan tumbuhan secara lengkap.
Pada umumnya, fusi kloroplas tumbuhan
mudah dicapai, meskipun tidak mudah untuk menumbuhkan sel bastar dengan
memuaskan. Dari hal ini jelaslah bahwa protoplas bastar yang hanya
sedikit terdapat dalam campuran sel perlu dipisahkan dan mendorong
perkembangannya melalui prosedur seleksi. Sebagai contoh
pembastaran somatik antara Petunia
hybrida dengan Petunia parodii, yang prosedur
seleksinya memanfaatkan adanya perbedaan kekuatan potensi pertumbuhan
antara protoplas daun kedua jenis tumbuhan ini. Protoplas Petunia parodiipaling tinggi
hanya dapat membentuk kalus kecil yang terdiri dari lebih kurang lima puluh sel
pada media, sedangkan protoplas Petunia
hybrida terus menerus
membentuk kalus. Sebaliknya dari kepekaannya terhadap aktinomisin
D, Petunia hybrida lebih peka terhadap aktinomisin D dari
protoplas Petunia parodi .
Inti campuran (heterokarion)
yang terjadi pada fusi dua protoplas yang tidak sama dapat berkembang menjadi
sel bastar dengan fusi inti. Dengan cara ini semua organel dari
kedua protoplas pembawa gen yang dapat mengadakan seleksi sendiri,
digabung, sedangkan pada persilangan seksual biasa, satu inti yang membawa gen
kromosomal (karyom) yang berasal dari masing-masing induk, tetapi bisanya gen
yang diwariskan melalui plastida (plastidom) dan gen yang diwariskan
melalui mitokondria (kondriom) hanya berasal dari induk betina. Dengan
demikian, teknik fusi protoplasma memberikan kesempatan untuk menghasilkan
kombinasi dua genom induk yang lengkap.
Salah satu keuntungan utama yang
diberikan oleh kultur untuk percobaan genetik dengan tumbuhan lebih tinggi
adalah bahwa kultur sel itu memungkinkan seleksi langsung untuk memperoleh
fenotipe baru dari sejumlah besar populasi sel yang ditumbuhkan pada kondisi
tertentu dan dari segi fisiologis dan perkembangan bersifat seragam.
Jutaan sel, masing-masing mempunyai potensi untuk menjadi tumbuhan dapat
dikulturkan dalam satu cawan petri.
Berbagai metoda telah dikembangkan dan
digunakan untuk membuat tanaman transgenik, termasuk diantaranya penggunaan
plasmid Ti dengan Agrobacterium
tumefaciens. Metoda
lain yang juga telah dikembangkan adalah metoda gen transfer menggunakan
kloroplas, mikroinjeksi DNA, elektroforasi, penembakkan dengan mikroproyektil
(Uchimiya, 1989)
Agrobacterium tumefacien efektif digunakan sebagai sistim
transfer gen tanaman dikotil, meskipun tidak semua tanaman dikotil menunjukkan
respon yang sama terhadap sistim tranformasi ini. Kedelai misalnya
termasuk spesies tanaman yang sulit direkayasa denganAgrobacterium.
Kekurangan yang mencolok dalam sistim ini adalah kesulitan dengan tanaman
monokotil, terutama golongan serelia seperti : padi, jagung, gandum dan
lain-lain yang tidak dapat ditransformasi dengan Agrobacterium (Wu, 1990).
Teknik-teknik gen transfer berkembang
dengan cepat dan terus disempurnakan. Dalam beberapa tahun terakhir, gen
transfer pada tanaman sudah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di beberapa
laboratorium di dunia. metoda yang efisien dalam mengklon gen, teknik
transformasi, regenerasi tanaman, ketersediaan konstruksi-konstruksi gen baru,
sistim vektor yang terus dikembangkan, promotor yang spesifik untuk organ
tertentu untuk ekspresi gen adalah faktor-faktor yang berperan dalam
memproduksi tanaman transgenik.
Pada awalnya, gen yang banyak dipakai
dalam transfer tanaman adalah gen-gen reporter yang fungsinya lebih banyak
untuk uji pengembangan teknik transfer itu sendiri, atau mempelajari kemampuan
sekuens pengendali dalam mengendalikan ekspresi suatu gen di dalam sel
tanaman. Kemudian terus dikembangkan transfer klon gen yang mengendalikan
karakter-karakter yang mempunyai nilai ekonomis sejalan dengan tersedianya klon
gen tersebut. Karakter-karakter tersebut diantaranya adalah gen
untuk ketahanan terhadap serangga, gen untuk ketahanan terhadap penyakit virus
dan bakteri, gen ketahanan terhadap herbisida, toleransi terhadap
salinitas, kekeringan dan peningkatan kualitas nutrisi.
4. Transfer
Gen
Cara ini dikenal pula sebagai transformasi DNA.
Gen dari organisme lain disisipkan ke dalam DNA tanaman untuk tujuan tertentu.
Strategi pemuliaan ini banyak mendapat penentangan dari kelompok-kelompok
lingkungan karena kultivar yang dihasilkan dianggap membahayakan lingkungan
jika dibudidayakan.
Transformasi tanaman yang dimediasi
dengan Agrobacterium tumefaciens merupakan metode transformasi tanaman yang
paling umum digunakan A. tumefaciens secara alami menginfeksi tumbuhan dikotil
dan menyebabkan tumor yang disebut ‘crown gall’ Bakteri ini merupakan bakteri
gram negatif yang menyebabkan crown gall dengan mentransfer bagian DNA-nya
(dikenal sebagai T-DNA) dari Tumour inducing plasmid (Ti plasmid) ke dalam inti
sel dan berintegrasi dengan genom sehingga menyebabkan penyakit ‘crown
gall’.T-DNA mengandung 2 tipe gen, gen onkogenik yang menyandikan enzim
termasuk sintesis auksin dan sitokinin dan membentuk formasi tumor, serta gen
yang menyandikan sintesis opin, hasil dari kondensasi asam amino dan gula. Opin
dihasilkan dan diekskresikan sel ‘crown gall’ dan digunakan oleh A. tumefaciens
sebagai sumber karbon dan nitrogen. Sementara gen untuk reaksi katabolisme
opin, gen yang membantu transfer T-DNA dari bakteri ke sel tanaman, dan gen
tansfer konjugatif plasmid, terdapat diluar T-DNA.
A. tumefaciens terlebih dahulu
melakukan pelekatan pada permukaan sel tanaman dengan membentuk mikrofibril
sehingga menyebabkan terjadinya luka pada tanaman yang akan mengeluarkan
senyawa fenolik yaitu asetosiringone sebagai respon sinyal. Sinyal tersebut
mengaktifkan virA yang merupakan protein kinase untuk mengaktifkan virG dan
memfosforilasinya menjadi virG-P. Dengan aktifnya virG-P ini akan mengaktifkan
gen-gen vir lainnya untuk mulai bersifat virulen dan melakukan transfer VirD untuk
memotong situs spesifik pada Ti plasmid, pada sisi kiri dan kanannya sehingga
melepaskan T-DNA yang akan ditransfer dari bakteri ke sel tanaman . T-DNA utas
tunggal akan diikat oleh protein VirE yang merupakan single strand binding
protein sehingga terlindung dari degradasi. Bersamaan dengan itu, protein virB
membentuk saluran transmembran ysng menghubungkan sel A. tumefaciens dan sel
tanaman sehingga T-DNA dapat masuk ke sel tanaman. Gen pada T-DNA, yang
meliputi gen auksin, sitokinin dan opin, ikut terekspresi sehingga memacu
pertumbuhan sel tanaman menjadi banyak (tumor.
Dengan adanya teknologi transformasi
yang dimediasi A. tumefaciens ini berperan dalam menghasilkan tanaman
transgenik, seperti tanaman tembakau yang tahan terhadap antibiotik tertentu.
Resistensi terhadap antibiotik ini didapatkan dari bakteri yang turut menyisip
pada T-DNA A. tumefaciens.
Pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi radiasi
untuk mendapatkan varietas baru dilakukan dengan cara mengiradiasi biji tanaman
yang dikehendaki pada dosis tertentu. Radiasi yang digunakan adalah sinar gamma
yang mampu menembus biji tanaman hingga pada lapisan DNA (gen pembawa sifat
keturunan). Perubahan yang terjadi pada DNA akan menghasilkan perubahan sifat
pada keturunannya. Perubahan sifat secara genetik dapat diamati melalui
pertumbuhan tanaman. Dengan teknik ini dapat diperoleh sifat-sifat baru yang
lebih unggul dari varietas induknya, meliputi daya hasil, daya adaptasi, umur
tanaman, serta ketahanan terhadap hama
dan penyakit. Penyinaran radiasi terhadap biji tanaman tidak mengakibatkan biji
menjadi bersifat radioaktif.
Arti dari mutasi dalam bahasan ini adalah suatu
proses dimana suatu gen mengalami perubahan struktur dan/atau suatu perubahan
sifat keturunan yang mengakibatkan perubahan fenotipe yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Sedangkan radiasi adalah pancaran energi
melalui materi atau ruang dalam bentuk partikel atau gelombang elektromagnetik
/ cahaya (foton) dari sumber radiasi.
Keuntungan pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi
radiasi adalah prosesnya yang relatif cepat dibanding teknik lain, dapat
memperbaiki satu atau dua sifat tanaman, dapat menimbulkan sifat baru, serta
dapat mematahkan dua sifat yang linkage.
Teknik mutasi radiasi telah dilakukan di BATAN
sejak tahun 1980-an. Sebagai contoh adalah seleksi pedigree varietas padi
Cisantana dengan penyinaran radiasi sinar gamma dosis 0,2 kGy menggunakan
irradiator gamma (gambar 2.) menghasilkan varietas baru yang diberi nama
Bestari. Perbaikan yang dihasilkan adalah dihilangkannya bulu pada gabah
Cisantana (gambar 3.). Adanya bulu tidak disukai petani karena dapat menurunkan
rendemen beras. Selain itu, potensi hasil produksi juga meningkat dibandingkan
dengan varietas induknya, yaitu dari 7,0 ton/ha menjadi 9,42 ton/ha. Kadar
amilosanya turun dari 23 % menjadi 20,62 %. Kadar amilosa menentukan tekstur
nasi, nilai kadar amilosa antara 10 – 20 % tekstur nasinya sangat pulen, antara
20 – 25 % pulen dan diatas 25 % merupakan nasi pera.
6. Kultur jaringan
Merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan
cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan
zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan
bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat
steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk
membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit
dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan
mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan
induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak
terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar
dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan
tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan
teknik kultur jaringan adalah:
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan
kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan
tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang
digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman
yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan
kultur jaringan adalah tunas.
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur
jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow
dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap
peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada
peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus steril.
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman
dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow
untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak
dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan
adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan
menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau
busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan
keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati
dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk
melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil
kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.
Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap
sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan
pemeliharaan bibit generatif.
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen
bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah
terdapat beberapa tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur
jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.
Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di
beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur
jaringan yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu
yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari
benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia.
Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih
cepat. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat maka
lahan-lahan yang kosong dapat c
KEUNTUNGAN PEMANFAATAN KULTUR
JARINGAN
� Pengadaan
bibit tidak tergantung musim
� Bibit
dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan
waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata
tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit)
� Bibit
yang dihasilkan seragam
� Bibit
yang dihasilkan bebas penyakit (meng gunakan
organ tertentu)
� Biaya
pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
� Dalam
proses pembibitan bebas dari gang guan
hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya
KULTUR jaringan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk membuat
bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama
atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama
atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar